Selasa, 13 September 2011

Just A Song

saat ku masih terjaga di tengah malam ku dengar lagu ini, easy listening sekali.... (aku sangat menikmatinya)

DOAKU UNTUKMU SAYANG
by. Wali

Kau mau apa pasti kan ku beri
Kau minta apa akan ku turuti
Walau harus aku terlelah dan letih
Ini demi kamu, sayang....

Aku tak akan berhenti menemani dan menyayangimu
Hingga matahari tak terbit lagi
Bahkan bila aku mati ku kan berdoa pada Ilahi
Tuk satukan kami di surga nanti

Tahukah kamu apa yang ku pinta
Di setiap doa sepanjang hariku
Tuhan tolong aku, tolong jaga dia
Tuhan aku sayang dia

**Hopefully one day here will be someone sings this song just for me ^_^

Senin, 12 September 2011

IKHWAN NARSIS (part 2/End)


pict. by www.kawanimut.com

Ikhwan Idaman???

Ada seorang teman kuliah Khalis yang sering diajaknya ikut ke rumah Shofi, namanya Radit. Menurut Radit, Khalis adalah sahabat terbaik dan terdekatnya tapi ada yang aneh bagi Shofi. Bila benar Radit itu sahabat dekatnya, seharusnya dia tahu betul seperti apa sifat dan karakteristik Khalis sebenarnya. Namun apa yang digambarkan Radit tentang Khalis sangat berbeda dengan Khalis yang Shofi kenal bahkan seperti bumi dan langit. Sikap Khalis pun sangat berbeda saat dia sedang bersama sahabatnya atau teman – temannya yang lain, dia terlihat lebih sopan dan tidak banyak bicara bahkan temannya ada yang menjulukinya “cool guy”, “cute boy” bahkan ada pula yang menyebutnya “ikhwan idaman”. Setahu Shofi, kakaknya itu memang aktif ikut kegiatan Rohis dan tak pernah terlihat bersama wanita selain keluarganya tapi kalau sampai dibilang cool apalagi predikat sebagai ikhwan idaman sepertinya benar – benar tak pernah terpikirkan oleh Shofi apalagi hal itu diungkapkan oleh teman dekat kakaknya sendiri.

Demi memuaskan rasa penasarannya, suatu hari Shofi berkunjung ke kampus tempat kakaknya kuliah. Kampus itu lumayan jauh dari sekolah Shofi, harus naik bus sekitar 20 menit untuk sampai di sana. Sampai di sana Shofi melihat banyak mahasiswa bertebaran di sekitar kampus, ada yang baru mau masuk, ada yang akan keluar, ada yang berkumpul dengan teman – temannya berdiskusi, ada juga yang sedang berlari – lari seperti sedang terburu – buru mengumpulkan tugas kuliahnya.
Ada beberapa orang yang memandangnya heran, mungkin karena dia menggunakan seragam sekolah. Ada seorang mahasiswi berjilbab yang menyapanya,
Mahasiswi : “Assalamualaykum, ada yang bisa saya bantu Dik?”.
Shofi : “Wa’alaykumsalam, saya Shofi saya ke sini mencari kakakku”
Mahasiswi : “kalo boleh tau siapa nama kakaknya dan d progdi apa?”
Shofi : “Namanya Ikhwan Khalis Putra, di progdi Teknik Sipil angkatan 2010”
Mahasiswi : “ wah jadi kamu adiknya Ikhwan? Senang sekali bisa berkenalan dengan adik. Hmm…sebenarnya mudah sekali menemukan kakakmu itu. Kalau tidak di gedung fakultas teknik pasti di lab atau bisa juga di masjid”
Shofi : “maaf kalo boleh tau, nama kakak siapa dan apa kakak benar – benar mengenal kakakku?”.
Mahasiswi : “panggil saja saya Raisa, hmm….rasanya hampir semua yang kuliah dan mengajar di kampus ini mengenal Ikhwan” (sambil menjulurkan tangan untuk berkenalan).
Shofi : “senang juga berkenalan dengan kakak, maaf klo kak Raisa ga sibuk bolehkah Shofi ngobrol sekalian nanya – nanya ke kakak?”
Mahasiswi : “boleh..boleh..kebetulan saya tidak ada jam kuliah lagi untuk hari ini, kita ngobrol di kantin aja gimana?”
Shofi : “makasih kak, dengan senang hati” (dengan sumringah)”
Akhirnya setelah mendapatkan apa yang diinginkannya Shofi pulang dengan hati puas. Dan bertekad mengkonfirmasikan apa yang telah dia dengar dari Raisa kepada kakaknya.

Ikhwan Narsis

Hari ini Shofi sengaja berkunjung ke rumah Ummi Rani (ibunya Khalis) untuk mencari tahu sedang apa kakaknya itu. Kebetulan saat itu Khalis terlihat sedang asyik menulis di ruang tamu rumahnya.
Shofi : “Assalamualaykum…”
Khalis : “ Wa’alaykumussalam wa rahmatullahi wa barakatuh” (dengan tatapan tetap ke kertas di depannya)
Shofi : “nulis apa Kak, asyik banget kayaknya sampai ga lihat – lihat ke sekitar lagi !”
Khalis : “ada deh, mau tau aja..”
Shofi : “ummi mana? Kok ga kedengaran suaranya?”
Khalis : “kayaknya ummi ketiduran tuh di depan TV abis kecapean bantuin tetangga yang mau hajatan, hmm…nyari ummi atau kakak nih?” (dengan senyum seraya menghentikan aktivitasnya)
Shofi : “kakak nih suka geer sendiri ja, tapi kebetulan emang Shofi ke sini mau menginterogasi !”
Khalis : “waduh serasa jadi tersangka nih diinterogasi, emangnya da apa?”
Shofi : “gini menurut kak Radit, kakak itu orangnya kalem, sopan n cool bahkan menurut teman – temanmu kakak dapat predikat ikhwan idaman”
Khalis : (dengan senyum lebar) “terus apa yang salah, itu kan orang yang nilai. Hehe…dan kamu harus mengakui kalo kakakmu ini memang keren !”
Shofi : “ga, Shofi ga setuju banget. Kakak kan bawel, usil pokoknya jauh dari kesan keren deh. Kenapa kakak berpura – pura sebaliknya di depan orang lain?!”
Khalis : (dengan senyum bangganya) “sebenarnya aku ga bermaksud berpura – pura tapi para fans kakak tuch udah terlanjur menilai kakak seperti itu, jadi daripada buat mereka kecewa ku nikmati aja semua penilaian baik orang itu ! haha…”
Shofi : “fans? Siapa? Jangan – jangan kakak geer sendiri lagi atau apa karena predikat sebagai ketua rohis yang alim juga mahasiswa berprestasi di kampus?
Khalis : “para akhwat itu lah yang jadi fans beratku, aku tahu kalo ada beberapa orang yang suka cari – cari tau tentangku. Ketua Rohis? Hmm…salah siapa pilih aku jadi ketua terus berprestasi? Hehe…syukurlah aku masih punya hal yang patut dibanggakan. By the way, para penggemar kakak tuh siap membantu apa pun lho ! Gimana kalo aku manfaatin buat bantu tugas kuliah atau ku dekatin yang cantik sekedar buat iri teman – teman yang lain?”
Shofi : “Astaghfirullahalazhim… dasar ikhwan narsis, kelakuan makin hari makin menyebalkan aja. Sadar Kak ! mungkin para mahasiswi itu juga sedang berpura – pura di depan kakak karena mau nebeng popularitas kakak aja. Tapi terserah kakak lah, Shofi ga mau ikut – ikutan, paling ntar Shofi bilang ke Kak Raisa kalo kakak itu ternyata seorang Ikhwan narsis ! hehe….” (dengan senyum bangga karena merasa tau rahasia Khalis)
Khalis : “Raisa? Raisa Putri Zahra? Kapan kamu kenalan sama dia? Dapat cerita apa tentang dia?” (dengan raut penasaran)
Shofi : “Kakak suka kan sama Kak Raisa? Hehe…Shofi punya nomor hpnya lho ! wkwk…”
Khalis : (muka bersemu merah) “suka? Sok tau kamu, pasti kamu dibohongi Radit…”
Shofi : “Kak Radit atau kakak yang bohong? Shofi tau, kan tadi Shofi sempat baca puisi yang kakak tulis buat Kak Raisa ! (sambil tersenyum puas lalu berlalu). Ya sudah aku balik dulu ya Ikhwan Narsis….Assalamualaykum”

Wajah Khalis semakin bersemu merah, merasa malu karena ketahuan puisinya untuk Raisa dan karena telah salah menuduh Radit berbohong pada adiknya.