Masih dia???
Akhirnya aku meneruskan studiku ke pulau seberang. Aku masuk fakultas komputer di salah satu perguruan tinggi swasta terkenal di Jawa Tengah. Sayangnya, pada tahun itu hanya aku satu – satunya dari sekolahku yang melanjutkan kuliah ke Semarang. Kebanyakan teman – temanku memutuskan ke Bandung, Jogja, Padang dan Bogor. Jadi aku benar – benar kehilangan kontak dengan teman – teman lamaku.
Aku mengenal banyak orang baru di kampus dan menjalani kehidupan di sana dengan lancar. Di antara sekian banyak teman laki – laki di kampusku, ada beberapa yang sangat dekat bahkan menaruh hati padaku. Tapi aku tak tahu kenapa, setiap kali ada cowok yang mengutarakan perasaannya padaku, selalu yang terlintas di pikiranku nama Putra (Oh God, aku masih kepikiran dia !)
Aku ga bisa menerima cowok –cowok itu bukan karena aku ga suka dengan mereka tapi karena aku tak pernah melupakan Putra. Sepertinya benar yang dulu pernah dikatakan sobatku Tari, aku benar – benar sudah jatuh hati pada ‘orang aneh’ itu.
Cinta??? Apa itu yang sering disebut orang “cinta”? aku tak mengerti. Huh ! aku jadi kesal pada diri sendiri, kenapa aku tak bisa lupakan ‘orang aneh’ itu. Aku coba menyibukkan diri dengan kuliahku dan ternyata aku berhasil melupakan dia hingga selesai studi s-1 ku.
Setelah lulus kuliah aku mencoba melamar pekerjaan di seputaran pulau Jawa hingga akhirnya dapat panggilan di sebuah perusahaan asing yang bergerak di bidang ekspor produk pertanian unggulan (ex : kopi, teh, jagung, dll). Sayang belum genap sebulan aku di sana, aku harus memenuhi panggilan orang tuaku untuk pulang ke tempat asal.
Kejadian Tak Terduga
Pada akhirnya aku pulang kampung juga dan mencoba ikut tes cpns yang disarankan oleh orang tuaku. Sebenarnya aku sendiri tidak terlalu berminat jadi ‘civil servant’ namun ku pikir apa salahnya, hitung – hitung menyenangka hati ortu. Setelah pelaksanaan tes ternyata pengumuman hasilnya cukup lama juga. Selagi mengisi waktu menunggu hasil tes, aku mengunjungi teman – teman lama yang masih ada di daerahku ini.
Bertemu dengan teman – teman lama membangkitkan kembali memori masa lalu. Hingga suatu saat aku menanyakan pada seorang sahabat tentang Putra. Saat yang sama, aku juga dihubungi oleh teman lama yang sudah 12 tahun lebih tak bertemu, ya dia adalah teman masa kecilku yang pindah ke luar kota saat lulus sekolah dasar. Benar – benar suatu hal yang luar biasa kami bisa berkomunikasi lagi setelah bertahun – tahun sama sekali tak ada kabar. Kemudian kami sering ‘contact’ melalui hp, saling berbagi cerita.
Sementara itu aku masih berbagi kabar tentang Putra dengan sohibku yang juga sohibnya Putra. Suatu hari aku mendapat sms pertanyaan yang membuat aku bingung, “mana yang lebih baik dicintai atau mencintai?” begitu lah isi smsnya. Seandainya itu dari orang yang mungkin tidak ku kenal, akan kuabaikan saja. Tapi ternyata yang mengirim sms itu adalah Putra !. Setelah pesan singkatnya itu kami jadi sering berbagi cerita baik lewat sms maupun telepon. Akhirnya hubungan kami pun semakin akrab dan itu membuatku merasakan ada sesuatu antara kami.
Di saat yang sama teman masa kecilku yang masih terus menghubungiku mengatakan akan datang ke rumahku karena benar – benar ingin bertemu. Seandainya rumahnya masih satu kota denganku aku tidak begitu kaget tapi rumahnya di ujung barat pulau Sumatra sedangkan aku berada ujung selatannya, perlu dua kali penerbangan dari sana ke tempatku. Betapa niatnya dia kalau hanya sekedar untuk bertemu.
Akhir kisah itu
Putra pernah berjanji dia akan berkunjung ke rumah pada idul fitri dan setelahnya. Namun kenyataannya dia seperti hilang ditelan bumi, tak pernah lagi ada kabarnya. Aku kehilangan kontak lagi dengannya. Akhirnya aku ikhlskan saja dan tidak mencari kabarnya lagi. Aku berusaha melupakan semua yang pernah dia janjikan dulu. Aku pikir emang lebih baik berteman seperti biasa.
Beberapa hari kemudian aku dihubungi oleh teman lamaku, dia mengabarkan kalau dia sudah berada di kotaku saat itu. Hal itu benar – benar mengejutkan bagiku dan ternyata dia benar – benar ke rumahku. Dia minta ditemani keliling kota tapi aku menolak, entahlah waktu itu aku rasanya tidak antusias bertemu dengannya. Dia hanya tiga hari di kotaku tapi aku selalu tidak bisa menemaninya jalan – jalan karena aku merasa ada sesuatu yang dia sembunyikan.
Akhirnya pada hari terakhir dia mengungkapakan bahwa dia menyukaiku dan ingin punya hubungan serius denganku. Sayangnya aku tidak bisa membalas perasaannya itu karena bagiku dia tetap teman biasa, aku tak bisa memberi harapan lebih padanya. Bahkan pada hari kepulangannya kembali ke kotanya, aku tidak bisa mengantarkan ke bandara. Dia masih menelpon untuk menanyakan keyakinanku sebelum dia naik pesawat, aku tetap mengatakan ‘tidak bisa, maaf’. Dan akhirnya dia pulang dengan kecewa.
Setelah kepulangannya kembali ke kampong halamannya, tidak pernah lagi dia menghubungiku, aku juga tak pernah menghubunginya.
Satu hal yang aku simpulkan dari semua yang ku alami, karena cinta persahabatan bisa hilang. Aku merasa telah kehilangan dua orang sahabat, hanya karena ada perasaan yang lain dalam hubungan itu. Sekarang bagiku sampai kapan pun aku takkan menaruh rasa lebih pada sebuah persahabatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar