Jumat, 25 Desember 2009
HERMAPRODIT (Inspired by True Story)
Sudah lebih kurang lima tahun dia menjalani pekerjaan yang sebelumnya tak pernah diinginkannya tersebut, bahkan membayangkannya saja dia tidak mau. Tapi kenyataannya itulah yang terjadi pada hidupnya sekarang, menjadi seorang ‘gigolo’ yang melayani tante – tante girang juga berhubungan dengan pria – pria homoseksual.
Edric, begitu dia biasa dipanggil. Sebenarnya dia adalah sosok pemuda yang baik, berparas tampan dan cukup pintar. Namun sayang pengalaman hidup membuatnya harus menjalani kehidupan yang tidak normal. Berganti – ganti pasangan dan menjalani kehidupan biseksual.
Pengalaman masa kecil
Pada awalnya Edric dan keluarganya adalah keluarga besar yang bahagia. Ayahnya merupakan orang keturunan Pakistan yang bekerja sebagai seorang pedagang sedangkan ibunya orang Jawa yang patuh kepada suaminya.
Edric kecil adalah seorang anak yang rajin membantu ayahnya berdagang. Rumah mereka berdekatan dengan rumah pamannya yang kebetulan adalah pemilik bilyard. Dari sana awal dia mengetahui kehidupan para gigolo namun waktu itu ia tak pernah berniat melibatkan diri ke dalamnya. Hingga suatu peristiwa membuatnya sangat terpukul dan menjerumuskannya pada kehidupan ‘maksiat’.
Saat itu usaha ayahnya mengalami kebangkrutan, karena penipuan dari seorang rekanan. Sang ayah sebagai tulang punggung keluarga tidak siap mengalami kegagalan seperti itu maka jadilah ayahnya mencoba peruntungan dengan berjudi dan menjual ‘togel’. Ibunya yang sangat patuh kepada suami itu tidak mampu mencegah perbuatan buruk ayahnya, sebaliknya sang ibu justru membantu menjalankan usaha terlarang tersebut.
Suatu hari ayah dan ibunya pergi untuk waktu yang cukup lama sehingga tinggallah hanya Edric dan ketiga saudaranya di rumah. Sepeti biasa dia bermain – main di rumah bilyard pamannya yang kebetulan pada saat itu lagi sepi pengunjung.
Kemudian sang paman datang dan mengajaknya bermain bilyard. Sementara Edric tidak menaruh curiga pada pamannya, karena dia merasa sudah sangat mengenal adik ayahnya itu.
Tiba – tiba tanpa diduga pamannya menariknya ke suatu ruangan di rumah bilyard itu, Edric meronta dan berteriak minta tolong tapi tenaga pamannya lebih kuat dan tak seorang pun mendengar teriakannya. Lalu terjadilah hal yang sangat memilukan itu, ia disodomi oleh pamannya sendiri. Dia tidak bisa berbuat apa – apa, tidak pernah disangkanya paman yang dihormatinya selama ini tega melakukan hal menjijikan itu padanya.
Sejak peristiwa itu, Edric menjadi pemuda yang pendiam dan selalu takut bila melihat pamannya. Dia benar – benar terpukul karena perbuatan pamannya itu.
Menjadi Biseksual
Sayang sekali tak seorang pun anggota keluarganya menyadari perubahan sikap Edric. Semua sibuk dengan urusan masing – masing. Sebenarnya Edric pernah mencoba menceritakan peristiwa naas yang menimpanya kepada ibunya namun ibunya tidak mempercayainya bahkan ibunya mengira dia sedang mengarang cerita, begitu juga ayah dan saudara – saudaranya.
Merasa terkucilkan dan tidak pernah dipedulikan oleh keluarganya, Edric pun pergi dari rumah dan mencoba menjadi anak kost. Saat itu dia sudah masuk SMU dan masih butuh banyak uang untuk biaya hidupnya sendiri. Di SMU pula dia mulai menyukai dandanan seperti anak – anak perempuan. Edric mulai memakai kosmetik, seperti celak, lipgloss, dan ‘kutek’ (pewarna kuku).
Untuk membiayai hidupnya sendiri dia harus bekerja. Awalnya dia bekerja sebagai seorang ‘bartender’ di sebuah bar & diskotik. Kemudian dari sana dia berkenalan dengan banyak pria yang berprofesi menjadi ‘gigolo’. Melihat penghasilan pria – pria yang suka melayani wanita – wanita kesepian itu lumayan besar, dia pun mencoba profesi tersebut tanpa berpikir lagi bahwa pekerjaan itu membawa banyak resiko, yang dia inginkan hanya mendapatkan uang sebanyak – banyaknya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Karena parasnya yang tampan, dengan mudah dalam sekejap Edric mendapatkan banyak pelanggan (tante – tante girang*red*). Karena begitu senang mendapatkan uang yang banyak, ia terus melanjutkan pekerjaan terlarang itu sampai lulus sekolah dan ia memutuskan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
Di saat mulai kuliah itulah dia merasakan keganjilan dalam dirinya, bayang – bayang peristiwa masa kecilnya terus terlintas dan mungkin itu yang mempengaruhi perasaannya menjadi lebih tertarik pada pria daripada wanita. Dia merasa ada bagian jiwa wanita dalam dirinya meskipun dia sadar bahwa dia juga laki – laki. Akhirnya dia tak bisa melawan keganjilan dalam dirinya sehingga dia menjalin hubungan (berpacaran *red*) dengan sesama pria yang juga menyukai jenisnya.
Kehidupan Edric semakin rumit, dia sudah benar – benar terjerumus pada kemaksiatan. Dia terus menjalankan profesinya sebagai ‘gigolo’ yang berhubungan dengan tante – tante genit namun dia juga menyalurkan hasratnya untuk berpacaran dengan pria – pria penyuka sesama jenis. Ya, Edric akhirnya tak bisa mengendalikan dirinya menjadi seorang ‘biseksual’. Mungkin makhluk seperti Edric inilah salah satu contoh ‘hermaprodit’ (tiba – tiba saja aku teringat dengan pelajaran biologi waktu SMP dulu).
Pengakuan
“Sejak awal kuliah dan mengenalmu sebenarnya aku sudah merasa ada suatu keyakinan dalam diriku untuk bersahabat denganmu”, begitu yang dikatakan Edric pada saat memulai cerita hidupnya kepadaku. “sepertinya ada bisikan yang bilang kalo dirimu akan menjadi teman yang baik dan dapat menerima aku apa adanya”, lanjutnya. “jangan terlalu berlebihan menilai diriku, aku hanya berusaha menjadi teman yang baik walaupun awalnya aku ga percaya dengan ceritamu”, begitu jawabku waktu itu.
“Ric, kalo kamu memang menganggapku sebagai sahabatmu aku mau kamu pertimbangkan saranku”, kataku akhirnya. “aku sudah bisa nebak apa yang mau kamu sarankan ke aku Wi”, jawabnya. “kamu pasti mau diriku berubah dan meninggalkan semua yang aku kerjakan itu, iya kan?”, lanjutnya. “Ric….” belum selesai aku bicara dia sudah memotong, “Ga perlu kasih nasihat beserta hadist – hadist nabi ke aku Wi, aku sudah sering dengar” Edric bicara seolah – olah dia sudah tahu isi kepalaku.
Aku maklum kalau dia sudah banyak tahu isi kitab bahkan aku yakin dia tahu lebih baik tentang ajaran agama disbanding diriku karena ayahnya berasal dari keluarga Pakistan yang bisa dibilang taat beragama. Namun aku juga tahu kalau Allah Swt. memberi hidayah hanya pada orang yang dikehendakinya. Bahkan nabi Muhammad pun tidak berhasil mengajak pamannya untuk memilih jalan Allah, apalagi diriku yang hanya manusia biasa?? “Wi, aku tetap menganggapmu sebagai sahabat baikku. Tapi aku minta maaf untuk saat ini aku belum bisa meninggalkan semua, doakan aja suatu saat aku bisa berubah jadi lebih baik”, lirih Edric berkata. “gimana dengan orang tua dan keluargamu?”, tanyaku. “aku memang sudah kembali ke rumah dan mencoba meninggalkan sifat kewanitaanku, tapi justru di rumah aku harus membantu ayahku manjalankan usaha ‘togel’nya dan jadi negosiator dengan polisi yang mencoba mengambil keuntungan dari usaha ayah”, Edric menjawabku dengan suara sedih yang tertahan.
Aku tak bisa berkata apa pun lagi karena setelah mengatakan semua kenyataan itu, Edric segera pergi dan hingga saat ini tidak pernah lagi menghubungiku. Ya Allah, semoga Engkau bukakan hati temanku itu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar