Pagi ini tuk ke sekian kali, gontai kaki melangkah
Rasa malas menyeret – nyeret
Ya, aku harus kembali ke sana
Aku harus menghadiri kelas
Hadir dalam ruang yang didirikan untuk mereka yang ingin memiliki dunia
Memiliki dunia? Terlalu berat rasanya untuk orang sepertiku
Bagaimana memiliki dunia?
Dengan koin – koin di celengan ayamku kah
Dengan hasil jualan koran kah
Bahkan biduk kecilku pun tak mampu mengelilinginya
Apa yang dipunya seorang miskin sepertiku
Tiba – tiba sadarku terbangkitkan
Seketika ku baca di dinding kelas
“gantungkan cita- citamu setinggi langit”
Ku tatap langit luar, ku lihat mentari yang seolah tersenyum padaku
Cita – cita !
Ya, itulah yang ku punya
Semua orang bahkan si fakir memilikinya
Cita – cita !
Tidak dibeli dengan harta pun kesengsaraan
Tidak dicapai hanya dengan buku – buku tebal
Tidak dengan hanya keluar masuk gedung megah
Gedung megah yang kami sebut ‘sekolah’
Cita – cita, kan ku gapai
Dengan asa tertinggi
Dengan mimpi terindah
Dengan semangat membara
Dengan ilmu yang tiada tara
Tiada guna seragam itu tanpa semangat
Tiada guna masuk kelasku tanpa asa
Tiada guna sekolah mahal itu
Tanpa cita –cita dan ilmu yang sempurna
Ku katakan padamu kawan,
Kan ku miliki dunia dengan segenggam cita – cita
Yang ku gantungkan di langit tertinggi
Yang tiangnya dari ilmu dan semangat secerah sinar mentari
Dan pondasinya mimpi terindah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar