Rabu, 10 Maret 2010

CRAZY


Dari dulu aku paling ngeri dengan orang gila yang suka mengamuk tanpa sebab. Ya, rumahku dulu dekat dengan Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Jadi kadang – kadang terlihat orang gila yang lepas dari pengawasan berkeliaran di sekitar rumah penduduk.

Tamu Tak Diundang

Biasanya kalau mendengar istilah ‘Tamu Tak Diundang’ yang terlintas di benak kita adalah maling atau tukang kredit, nah kalau peristiwa yang dialami tetanggaku ini lain lagi.
Pernah suatu hari ada seorang pria yang tiba – tiba datang ke rumah tetanggaku dan tanpa permisi dia ikut duduk di samping anak tetangga yang sedang nonton televisi, mereka (tetanggaku itu) tidak menyadari kehadiran orang asing itu sampai anaknya yang paling kecil tiba – tiba bertanya pada ayahnya, ”Yah, oom itu siapa? Kenapa ikutan nonton sama kita?”. Sang ayah terkejut sekali sambil melihat pria asing yang hanya senyum – senyum ke arahnya itu.
Kemudian si ayah bertanya, “hei, kamu siapa? Kenapa masuk rumah orang ga bilang – bilang?”. Pria asing itu tidak menjawab. Dia malah tertawa – tawa lalu tanpa permisi mencomot coklat yang sedang dimakan oleh anak bungsu tetanggaku itu. Mereka yang sedang menonton televisi semua terheran – heran lalu tersadar bahwa lelaki itu adalah salah seorang pasien RSJ yang lepas. Akhirnya sang ayah memberanikan diri mengusirnya. Ya, seperti kita tahu orang gila tidak mempan dimarah – marah atau pun diusir. Jadi tetanggaku itu butuh waktu yang lama walau pun pada akhirnya pria gila itu memang pergi.

Kehebohan di Sekolah

Dulu sewaktu aku masih sekolah di SMP, ada peristiwa yang paling menghebohkan tidak cuma sekolah kami tapi menghebohkan sekota. Peristiwa itu merupakan peristiwa paling mengerikan bagiku apalagi aku emang takut dengan yang disebut orang gila.
Sebenarnya sekolahku yang dulu tidak berdekatan dengan Rumah Sakit Jiwa tapi ada seorang warga sekitar yang mengidap “penyakit gila akut” yang kadang – kadang suka mengamuk aku lupa warga sekitar memanggilnya siapa. Anggap saja namanya Man atau “Man gila”.
Hari itu tidak sepeti biasanya, gerbang sekolah yang selalu ditutup saat proses belajar – mengajar berlangsung malah terbuka lebar. Entah disengaja atau satpam yang jaga di depan lupa menutupnya. Dan mungkin sudah takdir Tuhan juga pada hari itu si Man gila mengamuk dan masuk ke dalam gedung sekolah kami dengan membawa golok. Pak satpam yang biasa menjaga gerbang tidak berani untuk menghadangnya.
Kebetulan ada satu ruang kelas yang pintunya terbuka (kalo ga salah sich itu kelas satu), maka masuklah si Man gila tadi dalam keadaan mengamuk dengan mengayun – ayunkan goloknya. Seisi kelas itu ketakutan dan berhamburan keluar. Malangnya ada beberapa orang anak yang terkena sabetan goloknya hingga mereka terluka cukup parah. Yang paling mengenaskan adalah seorang siswi yang terjebak sendiri dalam kelas, si gila menyayatnya dengan membabi buta sampai anak itu terluka sangat parah. Kehebohan itu membuat semua siswa berhamburan keluar gedung sekolah ingin menyelamatkan diri masing – masing.
Untunglah ada seorang guru yang berhasil mengambil golok di tangan si Man gila dan akhirnya bisa mengsirnya menjauh dari lingkungan sekolah. Namun malang nasib siswi yang sekarat tadi, dia meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Orang tuanya benar – benar ‘shock’ waktu tahu anaknya menajdi korban dalam peristiwa itu.
Mereka (orang tua siswi yang meninggal itu) menyalahkan pihak sekolah karena telah lalai sampai putri mereka harus kehilangan nyawa dengan cara tragis seperti itu. Namun entah bagaimana penjelasan dari pihak sekolah pada orang tua siswi tersebut sehingga tidak ada tuntutan dari mereka, mungkin dewan guru berhasil meyakinkannya bahwa kejadian itu benar – benar kecelakaan tak terduga. Mungkin juga kedua orang tua siswi itu sudah pasrah, toh meskipun mereka menuntut tidak akan mengembalikan putri mereka.
Peristiwa heboh itu benar – benar sudah meninggalkan trauma yang dalam bagi para siswa termasuk aku. Ya, “I hate crazy people !”

Tertipu Orang Gila

Pernah juga aku punya pengalaman yang menyebalkan tentang orang gila (kenapa lagi nih?). Dulu sewaktu aku masih SMA, ayahku pernah mengajakku berkunjung ke Rumah Sakit Jiwa (nah lho? Ayahku ‘aneh’ juga ya, koq ngajak jalan – jalan ke RSJ?). Kata ayah, ada temannya yang jadi dokter dan kerja di sana.
Ikutlah aku dan adikku ke RSJ menemani ayah menemui Pak dokter itu. Begitu masuk gerbang RSJ itu kelihatan sangat sepi jadi aku tidak terlalu takut berjalan di sana. Lalu ayah mengajak kami ke sebuah ruangan dan ternyata di ruangan itu cukup ramai, ada beberapa orang yang berpakaian dokter dan perawat. Menurut analisaku (yang ‘sok tahu’) orang – orang itu adalah para medis yang bekerja di sana dan ruangan itu adalah ruang tunggu karena ada seperangkat kursi dan televisi.
Ayah menyuruhkan dan adik menunggu d sana sementara dia mencari Pak dokter temannya itu di ruangan lain. Duduklah aku dan adikku di kursi bersebalahan dengan beberapa orang yang sedang menonton televisi. Sudah jadi kebiasaan aku suka ‘sok ramah’ dengan orang yang baru ku kenal, waktu itu aku mencoba mengajak ngobrol seorang lelaki yang berpakaian dokter dan seorang perawat. Aku bertanya apa yang sedang mereka lakukan. Yang buat aku kesal, kedua orang itu tidak menjawab malah sibuk sendiri dengan peralatan kedokteran yang dipegangnya. Karena merasa ‘dicuekin’, aku tinggalkan mereka dan ikut yang lain menonton televisi.
Tiba – tiba ada seorang gila yang membakar sesuatu, orang – orang di ruangan itu (selain aku dan adikku) berteriak – teriak heboh sekali. Aku dan adikku jadi ikutan panic, tiba – tiba ayahku dating bersama Pak dokter dan beberapa orang perawat. Dokter dan para perawat itu segera membawa orang – orang gila itu kembali ke kamarnya masing – masing. Setelah suasana jadi tenang tiba – tiba adikku bertanya sama salah seorang perawat, “Mbak, dokter sama perawat yang ada di dekat sini tadi mana?”. Perawat itu balik bertanya, “dokter? Dokter yang mana? Pak dokter kan baru datang tadi !”. “lho, tadi ada koq dokter yang lain malah sempat diajak ngobrol sama Kak Dwi. Iya kan Kak”, adikku mencoba meminta persetujuanku. Lalu perawat itu menjawab, “Oh, jangan – jangan yang kalian maksud itu si Dido dan Dipa ! mereka itu bukan dokter atau perawat tapi mereka pasien di sini. Emang mereka berdua suka sekali menirukan gaya dokter dan perawatnya.” Aku dan adikku saling berpandangan terkejut. “What? I have talked with crazy people?” seruku kepada adikku. Adikku cekikikan sambil menyahut, “dan tertipu oleh orgil ! haha……..“

Tidak ada komentar:

Posting Komentar