Rhei terkaku tanpa bisa berpikir apa pun lagi saat melihat sendiri apa yang dilakukan Hiro. Berbagai berita negatif yang sering digosipkan teman – temannya selama beberapa bulan ini semakin terngiang – ngiang di telinganya. Sebelumnya Rhei tak pernah percaya gosip terlebih tentang Hiro, tetangga sebelah rumahnya yang telah menjadi teman akrabnya sejak kecil dan diam – diam Rhei mencintainya.
Sejak sebulan yang lalu Rhei tak pernah bisa menemui Hiro bahkan untuk sekedar bertegur sapa, sepertinya dia sengaja menghindari Rhei. Tiap kali Rhei mencoba bertanya pada orang – orang yang ada di rumah tetangganya itu jawaban mereka hanya tidak tahu bahkan nomor handphone-nya pun tak bisa dihubungi, mungkin dia sudah ganti nomor begitu pikir Rhei. Sementara itu di antara teman – temannya beredar kabar tak sedap bahwa Hiro berhubungan dengan seorang wanita yang bekerja di tempat hiburan malam. Sebagai teman akrabnya, tentu saja Rhei tidak percaya pada apa yang dia dengar itu karena Rhei sangat merasa sangat mengenal Hiro. Di mata Rhei, Hiro adalah seorang lelaki yang rajin beribadah, selalu bersikap sopan dan tak pernah melakukan hal – hal yang dilarang Tuhan. Tapi apa yang dilihatnya selama beberapa hari menguntit gerak – gerik Hiro membuat Rhei sangat kecewa.
Ada Apa denganmu, Hiro ?
Siang itu Rhei sudah bertekad untuk menemui Hiro dan menanyakan alasan atas tingkah anehnya selama sebulan terakhir ini. Sebenarnya Rhei bukan tipe orang yang suka ikut campur masalah pribadi orang lain tapi masalah Hiro adalah pengecualian. Itu karena Rhei sangat menyayangi teman akrabnya itu dan ia tidak ingin orang – orang menyebarkan cerita negative tentang lelaki yang dicintainya itu.
Rhei tau tidak mungkin menemui Hiro di rumahnya karena sejak sebulan lalu lelaki itu selalu pulang malam dan ia merasa tidak sopan bila harus bertamu ke rumah seorang lelaki malam hari. Sedangkan bila mengajak Hiro bertemu lebih tidak mungkin karena lelaki itu selalu menghindarinya, pun handpone-nya tak bisa juga dihubungi. Satu – satunya cara untuk bisa menemuinya adalah mendatangi kampusnya. Itulah alasan mengapa siang itu Rhei bukan berada di kampus tempatnya kuliah melainkan di kampus Hiro. Namun yang terjadi tidak sesuai dengan harapannya, orang yang dicarinya ternyata tidak sedang kuliah.
Hari itu Rhei bertemu dengan Ken, teman akrab Hiro yang satu fakultas dengannya. Dari Ken, Rhei baru tahu bahwa Hiro mengambil cuti satu semester tanpa alasan yang jelas. Menurut mulai Ken, Hiro hanya mengatakan dia butuh waktu istirahat karena terlalu penat dengan urusan di kampus bahkan sejak memulai cutinya Hiro juga tidak lagi mengaktifkan ponselnya. Sepertinya semua temannya benar – benar kehilangan kontak dengan Hiro. Rhei terheran – heran mendengar penuturan Ken, ia pulang dengan raut kecewa dan sebuah pertanyaan di benaknya, “Ada apa denganmu, Hiro? Apa yang sedang kau sembunyikan?”
Saat Seseorang Menghindarimu, Mungkin itu yang Terbaik
Rhei sudah sangat penasaran dengan semua yang dilakukan Hiro, sudah tiga hari ini ia uring – uringan dan tidak bersemangat. Dia sudah tidak tahan untuk meminta penjelasan dari Hiro. Karena itu hari ini Rhei nekad untuk menguntit Hiro lagi dan menemuinya di rumah wanita teman baru Hiro itu.
Sejak setelah isya Rhei sudah menunggu di depan rumah wanita itu, tepat seperti perkiraannya sekitar pukul setengah sepuluh Hiro dan teman wanitanya tiba di sana. Terlihat jelas betapa terkejutnya mereka berdua begitu melihat Rhei suah ada di depan pintu rumah. Namun kemudian wanita itu tersenyum dan bertanya dengan ramah padanya, “Maaf, apa nona mencari saya? Sepertinya kita tidak saling kenal.” Namun Hiro yang bisa menebak maksud keberadaan Rhei di sana langsung menjawab, “Namanya Rhei, dia pasti sedang menungguku. Tunggu di sini saja Rhei, aku mengantarnya ke dalam dulu !”, Hiro segera membawa wanita itu masuk sembari menutup pintu. Rhei hanya terdiam dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Lima belas menit kemudian Hiro keluar dan langsung berseru pada Rhei untuk mengikutinya segera meninggalkan rumah itu. Dalam perjalanan mereka……
Hiro : “kenapa kamu mengikutiku sampai ke sini, Rhei?”
Rhei : “karena aku tak bisa menemuimu di rumahmu dan ponselmu tak bisa dihubungi”
Hiro : “Jadi, apa masalahmu sampai harus menemui dan menghubungiku?!”
Rhei : “Hiro !! ada apa denganmu, sepertinya sudah sejak beberapa bulan ini kamu sengaja menghindari aku dan apa yang sedang kamu lakukan sekarang?”
Hiro : “apa yang aku lakukan itu bukan urusanmu dan sepertinya kita memang tidak perlu bertemu lagi !”
Rhei : “baiklah, apapun yang kamu lakukan memang bukan urusanku tapi tolong kasih alasan kenapa kamu tak mau bertemu lagi denganku. Aku tidak mau pulang sebelum kamu jelaskan alasanmu !”
Hiro : “karena itu lebih baik bagiku…dan menurutku juga untukmu”
(Rhei tak bergeming dari tempatnya dengan isyarat wajah tidak puas dengan jawaban Hiro)
Hiro : “Rhei sebenarnya aku hanya anak angkat dari orang tuaku yang sekarang. Kenyataannya adalah aku ini anak dari seorang wanita yang tidak bersuami. Dua puluh tahun yang lalu, ibuku yang masih bersekolah di sebuah SMU mempunyai seorang pacar yang sangat dipercayai dan dicintainya. Namun suatu pria itu melakukan hal yang menghancurkan masa depan ibuku. Dia merenggut kesuciannya, ibuku sangat sedih saat itu karena akhirnya dia mengandung anak yang tak pernah diharapkannya. Dia ingin meminta pertanggung jawabannya tapi lelaki itu malah menghilang tanpa jejak. Dalam keputus asaannya ibu pergi jauh dari kampung halamannya sampai ia bertemu dengan sepasang suami istri yang sudah lama menginginkan anak. Mereka berbaik hati memberikan tempat tinggal untuk ibu sampai dia melahirkan. Setelah melahirkanku, ibu berpikir dia tidak ingin selamanya menjadi beban keluarga itu tapi dia juga ingin anaknya mempunyai masa depan yang baik. Karena itu dia meninggalkan bayinya pada suami istri tersebut yang menjadi orang tuaku sampai sekarang. Tiga bulan yang lalu aku berhasil mendapatkan alamat rumah dan tempat kerja ibuku. Lalu aku mengambil cuti kuliah dan mencoba membantu ibu untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik. Rhei… wanita yang bersamaku tadi itu adalah ibu kandungku. Dan dia hanya bekerja sebagai kasir di sebuah tempat hiburan”
Rhei hanya terdiam, sebuah bulir bening menetes dari sudut matanya, lalu….
Rhei : “kamu tidak perlu menghindariku karena semua hal ini, Hiro. Aku bisa tidak pernah mempermasalahkan masa lalumu”
Hiro : “Rhei bukan itu masalahnya, aku hanya tidak ingin jadi membencimu karena kau mengingatkanku pada orang yang sangat ku benci”
Rhei : “apa maksudmu?!!”
Hiro : “Ibuku sampai sekarang masih menyimpan gambar lelaki yang telah merusak hidupnya itu, kemarin beliau memberikannya padaku. Karena gambar inilah aku tak ingin bertemu denganmu lagi” (Hiro memperlihatkan selembar foto kepada Rhei)
Rhei tak bisa lagi membendung air matanya begitu melihat foto yang diperlihatkan Hiro padanya. Walaupun itu foto lama namun wajah orang itu tidak berubah sedikitpun, Rhei sangat yakin pria di foto itu adalah ayahnya.
Hiro : “Kebenaran itu seperti rumus matematika, complicated tapi tetap diperlukan agar bisa menemukan penyelesaian yang tepat”