“Astaghfirullah, Kak Khalis….”, seru Shofi. Gadis manis itu merasa terkejut saat sedang menikmati bacaan novelnya di teras rumah dan tiba – tiba seseorang datang menutup bacaannya. Tanpa rasa bersalah si Khalis masuk rumah dengan membawa novel itu sementara Shofi membuntutinya dengan raut kesal. “Assalamualaykum ! Ibu…ibu…”, Khalis langsung menuju dapur menemui Ibu Shofi yang sedang mempersiapkan masakan untuk berbuka puasa. “Wa’alaykumsalam….”, jawab ibu tanpa menoleh, sepertinya dia sudah tahu siapa yang datang. “Kakak, balikin dong novel Shofi, usil banget sih ! orang masih baca bukunya diambil”, seru Shofi lagi. “Iya..iya, pinjam bentar ja sewot banget sih, aku kan cuma mau lihat sinopsisnya. Lagian bulan puasa nih, jangan marah – marah entar ga dapat pahala lho !”, ujar Khalis tersenyum puas sambil mengembalikan buku kepada si empunya. “makasih !”, ujar Shofi sembari buru – buru mengambil novelnya kemudian berlalu pergi ke kamarnya. Sang ibu hanya bisa geleng – geleng kepala melihat kelakuan kedua anak tersebut.
Sementara itu Khalis yang melihat ibu Shofi sedikit kerepotan memasak, menawarkan bantuan. “Ibu masak apa? Khalis bantuin ya?”, tanyanya. “Emangnya kamu bisa masak?”, ibu Shofi balik bertanya. “Hmm….enggak sih, tapi mungkin Khalis bisa bantu ngiris – ngiris atau bersihin sisa – sisa masaknya. Hehe…”, sahutnya dengan senyum malu. “hehe…”, ibu Shofi balas senyum kemudian bertanya lagi, “ lah emangnya kamu ga bantuin ummi-mu di rumah?”. “oh justru karena Khalis sudah selesai bantuin Ummi makanya ke sini tadi udah pamit kok sama Ummi”, tutur Khalis.
Flashback
Sepuluh tahun lalu Ikhwan Khalis Putra hanya seorang anak yang pemurung dan tidak banyak bicara. Hal itu sebenarnya dampak dari kehilangan abi yang sangat disayanginya karena sakit sewaktu dia baru duduk di kelas dua Sekolah Dasar. Ummi-nya sudah lelah menghiburnya namun sia – sia, Khalis tetap susah untuk ceria. Hingga kemudian umminya mengajaknya pindah ke rumah baru yang kebetulan bertetangga dengan sahabat sang ummi, dia adalah ibunya Shofi. Kebetulan Shofi adalah anak tunggal, dia ingin sekali mempunyai seorang kakak. Jadilah Shofi riang hati ketika diberitahu ibunya kalau dia akan dapat kakak, anak dari sahabat ibu. “Shofi, nanti mama kenalin sama anak teman mama kebetulan dia juga ga punya adik, mama udah Tanya ke ibunya dan katanya Shofi boleh anggap dia sebagai kakak Shofi”, ujar ibunya dengan tersenyum. Shofi yang baru masuk Sekolah Dasar terlihat gembira sekali, “benar ma? Jadi Shofi punya kakak sekarang? Asyik..asyik…!” serunya. Ibunya hanya tersenyum melihat keceriaan putrinya.
Sifat Shofi yang ceria ternyata mampu menghapus kesedihan di raut murung Khalis, perlahan – lahan dia bisa mengikuti keceriaan sang adik bahkan kian hari semakin banyak keusilan yang dilakukannya pada adik satu – satunya itu. Ibu Khalis senang melihat keceriaan di wajah anaknya, dia sangat berterima kasih pada keluarga Shofi karena sudah menganggap mereka seperti keluarga sendiri. Ayah dan ibu Shofi juga senang bisa punya anak laki – laki seperti Khalis karena ada yang menjaga Shofi, bahkan ayah Shofi membantu membiayai pendidikan Khalis hingga dia bisa menghasilkan uang sendiri. Sementara Shofi dan Khalis sudah benar – benar seperti saudara kandung, ke mana pun adiknya pergi Khalis selalu jadi pengawalnya dan Shofi senang ada yang melindunginya.
still continue..... ^_^
Selasa, 09 Agustus 2011
Kamis, 30 Juni 2011
AKU, KAU (KITA)
Apa yang kau pikir, apa yang ku rasa,
Kita seperti sedang bermain-main dengan takdir
Kau dengan kediamanmu
Aku dalam ketakberdayaanku
Berbicara hanya dalam kekosongan
Untuk suatu yang tiada padahal ada
Hanya tuk menyia – nyiakan garis yang masih kelabu
Sepertinya aku lelah……
Namun…..
Saat ku lihat tangis sang langit,
Saat ku dengar refleksi kata menggema
Saat fantasi membawa keterlupaan kita
Saat itu lelahku seolah menguap
Dan retorika itu kembali mempermainkan keluguan
Aku tersungkur dalam sujudku
Di detik tersulit tuk jiwa yang lemah
Memohon padaNYA tuk melenyapkan kelabu itu
Dan menguatkan hatiku untukNYA
Dan lelahku berganti ketawakkalan
JawabNYA bahwa….
Aku tahu, kau pun tahu
Semua hanya fatamorgana
Kita seperti sedang bermain-main dengan takdir
Kau dengan kediamanmu
Aku dalam ketakberdayaanku
Berbicara hanya dalam kekosongan
Untuk suatu yang tiada padahal ada
Hanya tuk menyia – nyiakan garis yang masih kelabu
Sepertinya aku lelah……
Namun…..
Saat ku lihat tangis sang langit,
Saat ku dengar refleksi kata menggema
Saat fantasi membawa keterlupaan kita
Saat itu lelahku seolah menguap
Dan retorika itu kembali mempermainkan keluguan
Aku tersungkur dalam sujudku
Di detik tersulit tuk jiwa yang lemah
Memohon padaNYA tuk melenyapkan kelabu itu
Dan menguatkan hatiku untukNYA
Dan lelahku berganti ketawakkalan
JawabNYA bahwa….
Aku tahu, kau pun tahu
Semua hanya fatamorgana
28 Rajab 1432 H
Selamat memperingati ISRA' MI'RAJ Nabi Muhammad SAW.
- Isra' adalah perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa (horizontal)
- Mi'raj adalah perjalanan Rasulullah dari Masjidil Aqsa menuju Sidhratul Muntaha (vertikal)
Dalam kehidupannya manusia menjalani dua hubungan yang harus berimbang,
secara horizontal >> hubungan kepada sesama manusia (habluminannas)
secara vertikal >> hubungan manusia dengan Tuhan, Sang Pencipta (habluminallah)
SEMOGA BANYAK HIKMAH DARI ISRA' MI'RAJ YANG DAPAT MEMBUAT KITA MENJADI "UMAT TERBAIK"
- Isra' adalah perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa (horizontal)
- Mi'raj adalah perjalanan Rasulullah dari Masjidil Aqsa menuju Sidhratul Muntaha (vertikal)
Dalam kehidupannya manusia menjalani dua hubungan yang harus berimbang,
secara horizontal >> hubungan kepada sesama manusia (habluminannas)
secara vertikal >> hubungan manusia dengan Tuhan, Sang Pencipta (habluminallah)
SEMOGA BANYAK HIKMAH DARI ISRA' MI'RAJ YANG DAPAT MEMBUAT KITA MENJADI "UMAT TERBAIK"
Senin, 30 Mei 2011
KARENA AKU BUKAN AISYAH… (part 3 / End)

Wrong willing??
Sejak berteman di facebook, aku sering diskusi dan sharing dengan Kirei. Ternyata dia bisa jadi teman sharing yang menyenangkan karena dia mengetahui banyak hal yang aku tidak tahu. Bahkan dia menulis banyak note yang sangat bermanfaat, terutama dalam hal agama. Tidak heran kalau dulu banyak temanku yang ingin berkenalan dengannya dan tidak heran pula bila temannya di facebook sudah ribuan banyaknya. Bahkan ku akui dia memang pantas menjadi seorang akhwat yang banyak didambakan para ikhwan.
Tidak terasa semakin hari aku semakin mengaguminya. Suatu hari aku beranikan diri untuk mengutarakan kekagumanku pada dirinya dan keinginanku untuk mengenal keluarga juga orang – orang terdekatnya melalui pesan di inbox FBnya. Cukup lama aku menunggu jawabannya, akhirnya aku berkesimpulan bahwa dia menolak keinginanku karena sudah sebulan sejak pesanku itu akun FBnya tidak aktif.
Sementara itu, temanku Daffa masih suka menggodaku dengan lagu – lagu melankolisnya. Seperti siang ini, dia menyanyikan lagu “Ayat – ayat Cinta” –nya Rossa dengan suara seraknya ketika tiba – tiba masuk ke kamarku saat aku sedang menge-check inbox FBku. “Di, dirimu ditanyain sama adikku kemarin”, sapa Daffa dengan senyum simpulnya. Aku tak tahu apa maksud senyumnya itu, “oh ya? Apa kbr si Shafira sekarang?”, aku balik bertanya. “Alhamdulillah baik-baik ja, dia titip salam kemaren. Hehe….”, ujar Daffa. Ku jawab saja “waalaykumsalam…” dan pikiranku masih bertanya-tanya ke mana si Kirei, ada apa dengan dirinya.
Kisah dari Sang Aisyah
Sejak tiada balasan apa pun dari Kirei, aku sudah jarang sekali aktif di facebook. Sepertinya yang menarik dari jejaring sosial tersebut hanya berbagi cerita dengannya. Siang ini sebuah sms dari nomor yang tak ku kenal membuatku penasaran. “Assalamualaykum, maaf lama tak membalas pesannya coz aq sgt sibuk akhir2 ni. Klo brkenan temui aq d rmh mkan HALAL ba’da Ashar. Wass.”, demikian isi smsnya tanpa ada nama pengirimnya. Aku menduga mungkinkah sms itu dari Kirei atau orang salah kirim?. Aku putuskan untuk temui saja orang itu, hitung-hitung menambah kenalan baru pikirku.
Tepat pukul 4 sore aku sudah berada di rumah makan sederhana yang terletak strategis persis di sebelah masjid di tengah kota. Seorang lelaki setengah baya langsung menyambutku dengan senyum ramahnya. “Assalamualaykum, maaf apa benar Anda yang namanya Vivaldi?”, tanyanya. Dengan ekspresi heran ku jawab pelan, “benar, maaf apa kita sudah pernah kenal sebelumnya?”. “belum, tapi kita akan segera kenal. Silahkan duduk”, jawab lelaki itu seraya menawarkan sebuah tempat untuk duduk. Kemudian seorang wanita keluar dengan membawa dua gelas minuman, “minum dulu Di, thanks dah datang ke sini”. Dia adalah Kirei, kemudian dia mengambil tempat duduk tepat di depanku. “apa kabar, Di? Maaf kalau tiba-tiba memintamu datang kemari karena ku pikir ini adalah tempat yang tepat untuk ngobrol langsung denganmu. Kebetulan rumah makan ini adalah milik pamanku, yang menyapamu tadi tuh” lanjutnya tanpa titik koma lagi. “Alhamdulillah kabarku baik, makasih udah mengundang ke tempat yang tepat”, jawabku. “rasanya ga perlu basa basi lagi, aku mau menceritakan sesuatu padamu dan mungkin ini akan mempengaruhi penilaianmu kepadaku”, ujar Kirei dengan senyum simpulnya. Tiba-tiba rasa penasaran melingkupi pikiranku, apa yang dia maksud akan mempengaruhi penilaianku padanya?. Belum sempat aku bertanya, Kirei sudah mulai bicara lagi, “tolong jangan bertanya sampai aku selesai bercerita, aku mohon dengarkan dulu seluruhnya”.
“sebelumnya terima kasih atas penilaian positifmu tentangku dan keinginanmu untuk lebih akrab dengan keluargaku. Tapi sebenarnya Kirei yang kamu kenal ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku pernah punya masa lalu yang menyedihkan, beberapa tahun lalu penampilanku tidak seperti sekarang. Dulu aku adalah anak band yang kebanyakan temanku cowok, kebetulan aku satu-satunya wanita dalam bandku. Sebagai anggota band aku juga menjalin hubungan atau orang pacaran dengan salah satu anggota band kami. Namanya Zyan, dia adalah gitaris band kami dan kebetulan dia punya seorang sepupu cewek yang juga sangat akrab denganku. Suatu hari setelah hari pertunangan kami, terjadi peristiwa yang sangat membuatku terpukul. Zyan mengalami kecelakaan saat ingin menjemputku untuk latihan nge-band, motor yang dikendarainya ditabrak sebuah mobil yang dikendarai sopir yang dalam keadaan mabuk. Nyawanya tak tertolong lagi, akhirnya dia meninggal saat itu juga. Aku tidak bisa menerima takdir yang terjadi pada kami, setiap hari saat sendiri aku sering menangis dan menyalahkan diriku atas kejadian itu. Teman-temanku sering datang menghibur tapi tak membuatku bangkit dari keterpurukan, sempat aku terpikir untuk menyusul Zyan ke alam sana tapi beruntung seseorang berhasil menyadarkanku meski harus perlahan. Orang yang berjasa mengenalkanku pada keindahan Islam itu adalah sepupu Zyan yang memang sudah ku anggap seperti adikku sendiri. Dia mengajarkanku bagaimana menjalani hidup di jalan yang diridhoi Allah. Mungkin sebentar lagi dia akan kemari karena dia sering mengajakku ikut pengajian malam jumat, kelak ku kenalkan padamu.”
“Setahun kemudian, tepatnya delapan bulan yang lalu aku memutuskan untuk pindah tinggal bersama paman dan bibiku di sini agar aku bisa benar-benar melupakan kehidupanku yang lalu. Aku merubah penampilan dengan menutup aurat seperti yang kamu lihat sekarang ini juga baru satu tahun dan insyaAllah akan terus perbaiki diri. Adik sepupu Zyan itu banyak memberi contoh wanita-wanita mukmin yang patut ditauladani, kamu tau Aisyah kan Di? Dia adalah wanita yang kami berdua sangat kagumi, semoga kami bisa mencontohnya. Oh iya, note-note yang ku posting di FBku itu kebanyakan ku dapat dari adik sepupu Zyan itu. Dan hadist atau ayat Alquran yang pernah ku posting itu juga referensi dari dia. Kamu tahu kenapa aku suka menulis semua itu? Karena aku bukan seperti Aisyah yang begitu sempurna yang memberi contoh bikan mencontoh. Aku rasa cukup sampai sini dulu ceritaku karena sudah mendekati maghrib. Setelah tahu tentang masa laluku aku yakin kamu punya penilaian lain padaku. Sekarang terserah Aldi, masih mau melanjutkan hubungan kekeluargaan denganku atau tidak”, demikian Kirei mengakhiri ceritanya.
Aku masih terkesima dengan kisahnya dan belum sempat berkomentar apapun, tiba-tiba sebuah suara menyapa. “Assalamualaykum, Kak Rei lagi ada tamu ya?”. Kirei langsung beranjak ke asal suara, “waalaykumsalam, Fira kebetulan dek ada seseorang yang mau kakak kenalkan nih ayo gabung dengan kami”. “Di, ini Fira yang aku ceritakan tadi. Kenalan dulu”, ajak Kirei. Saat aku beranjak untuk menyambut ajakan perkenalan itu betapa terkejut diriku, begitu juga Fira menunjukkan ekspresi yang sama. Sebuah kalimat meluncur hampir bersamaan dari mulut kami, “Kak Valdi???” serunya. “Shafira, adiknya Daffa kan?” ujarku.
Kamis, 21 April 2011
KARENA AKU BUKAN AISYAH… (part 2)
Dua Permata
Sore itu Daffa teman kost-ku mendapat tamu istimewa, seorang wanita berparas ayu dengan gaya anggun namun sedikit manja memakai jilbab berwarna cerah secerah cahaya surya senja. Ku dengar Daffa menyebut namanya Shafira. Dia mengenalkan wanita itu padaku sebagai adiknya satu-satunya. Walaupun terlihat manja pada kakaknya, Shafira tetap bersikap sopan pada orang lain. Dia membawa cukup banyak oleh – oleh saat itu, katanya khusus dibuat untuk kakaknya. Aku sedikit iri melihat keakraban dua saudara itu, karena aku tidak memiliki saudara.
“Daf, adikmu masih kuliah ya?”, tanyaku pada Daffa setelah adiknya pamit pulang. “hmm…ya semester akhir sebentar lagi selesai”, jawab Daffa sambil membuka bungkusan buah tangan dari Shafira. “Sepertinya dia seorang muslimah yang terjaga juga pintar….”, lanjutku. Daffa menatapku, “maksudmu???”. “maksudku dia tahu bagaimana harus bersikap, pasti kamu bangga punya adik seperti itu”, jawabku seraya tersenyum penuh arti. “Oh..tentu ja siapa dulu kakaknya !”, Daffa terdiam sebentar lalu ”hmm, Aldi jangan bilang kalo sekarang kamu menyukai adikku…..” ujarnya dengan ekspresi penasaran. Aku hanya menjawab pertanyaannya dengan senyuman sambil berlalu ke kamarku.
Aku masih senyum – senyum sendiri mengingat ekspresi Daffa tadi, aku memang mengagumi kebersahajaan adiknya tapi….entah kenapa sebuah nama terlintas lagi dalam benakku. “Kirei”, aku tak tahu kenapa nama itu selalui menghantui ingatanku. Demi menepis keberadaannya dari benakku, ku buka laptopku dan mencoba online. Kebetulan sudah lama aku tak membuka akun facebook-ku, ternyata sudah banyak sekali notifikasi yang masuk dan ada beberapa friend request. Ku lihat daftar friend request, ada dua nama yang membuatku cukup kaget. ‘Kireina Azyan’ dan ‘Azyani Shafira’, karena penasaran ku buka profil kedua orang ini.
Profil pertama yang ku lihat, fotonya seorang wanita bersama dengan laki – laki yang sangat aku kenal. Tidak salah lagi itu adalah foto Daffa dan adiknya, langsung ku konfirmasi saja. Profil yang lainnya, seorang wanita dengan seorang anak kecil. Sebenarnya gambarnya tidak terlalu jelas karena sepertinya foto itu diambil dari jarak yang cukup jauh, tapi aku bisa pastikan wanita dalam foto itu adalah Kirei yang aku kenal beberapa bulan lalu. Ku baca lebih teliti lagi profilnya, sayangnya tak banyak informasi yang ditampilkan di sana. Aku tak tahu kenapa, ada perasaan yang aneh saat ku konfirmasi friend request-nya. Ku lihat ada banyak note yang ditulis Kirei, ku baca beberapa judul dan saat ingin membaca isi dari salah satu note-nya terdengar adzan maghrib. Akhirnya ku batalkan niatku membaca, dan ku matikan laptopku untuk bersegera menjawab panggilanNYA.
still continue.........
Sore itu Daffa teman kost-ku mendapat tamu istimewa, seorang wanita berparas ayu dengan gaya anggun namun sedikit manja memakai jilbab berwarna cerah secerah cahaya surya senja. Ku dengar Daffa menyebut namanya Shafira. Dia mengenalkan wanita itu padaku sebagai adiknya satu-satunya. Walaupun terlihat manja pada kakaknya, Shafira tetap bersikap sopan pada orang lain. Dia membawa cukup banyak oleh – oleh saat itu, katanya khusus dibuat untuk kakaknya. Aku sedikit iri melihat keakraban dua saudara itu, karena aku tidak memiliki saudara.
“Daf, adikmu masih kuliah ya?”, tanyaku pada Daffa setelah adiknya pamit pulang. “hmm…ya semester akhir sebentar lagi selesai”, jawab Daffa sambil membuka bungkusan buah tangan dari Shafira. “Sepertinya dia seorang muslimah yang terjaga juga pintar….”, lanjutku. Daffa menatapku, “maksudmu???”. “maksudku dia tahu bagaimana harus bersikap, pasti kamu bangga punya adik seperti itu”, jawabku seraya tersenyum penuh arti. “Oh..tentu ja siapa dulu kakaknya !”, Daffa terdiam sebentar lalu ”hmm, Aldi jangan bilang kalo sekarang kamu menyukai adikku…..” ujarnya dengan ekspresi penasaran. Aku hanya menjawab pertanyaannya dengan senyuman sambil berlalu ke kamarku.
Aku masih senyum – senyum sendiri mengingat ekspresi Daffa tadi, aku memang mengagumi kebersahajaan adiknya tapi….entah kenapa sebuah nama terlintas lagi dalam benakku. “Kirei”, aku tak tahu kenapa nama itu selalui menghantui ingatanku. Demi menepis keberadaannya dari benakku, ku buka laptopku dan mencoba online. Kebetulan sudah lama aku tak membuka akun facebook-ku, ternyata sudah banyak sekali notifikasi yang masuk dan ada beberapa friend request. Ku lihat daftar friend request, ada dua nama yang membuatku cukup kaget. ‘Kireina Azyan’ dan ‘Azyani Shafira’, karena penasaran ku buka profil kedua orang ini.
Profil pertama yang ku lihat, fotonya seorang wanita bersama dengan laki – laki yang sangat aku kenal. Tidak salah lagi itu adalah foto Daffa dan adiknya, langsung ku konfirmasi saja. Profil yang lainnya, seorang wanita dengan seorang anak kecil. Sebenarnya gambarnya tidak terlalu jelas karena sepertinya foto itu diambil dari jarak yang cukup jauh, tapi aku bisa pastikan wanita dalam foto itu adalah Kirei yang aku kenal beberapa bulan lalu. Ku baca lebih teliti lagi profilnya, sayangnya tak banyak informasi yang ditampilkan di sana. Aku tak tahu kenapa, ada perasaan yang aneh saat ku konfirmasi friend request-nya. Ku lihat ada banyak note yang ditulis Kirei, ku baca beberapa judul dan saat ingin membaca isi dari salah satu note-nya terdengar adzan maghrib. Akhirnya ku batalkan niatku membaca, dan ku matikan laptopku untuk bersegera menjawab panggilanNYA.
still continue.........
Selasa, 22 Maret 2011
KARENA AKU BUKAN AISYAH… (part 1)

Tak terbayangkan sebelumnya kalau perasaan itu bisa datang tiba – tiba bahkan sejak ia menghinggapi hatiku, rasa itu tak pernah pergi dari sana. Sepertinya aku mulai kalah dengan egoku sendiri. Sejak dulu aku telah mengikrarkan bahwa diriku bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta apalagi ‘love at the first sight’. Mungkin aku terlalu percaya diri mengatakan itu atau mungkin Tuhan ingin menunjukkan padaku ‘tak ada yang tak mungkin bagiNYA’.
Something in my head
Aku sedang menikmati semilir angin siang dari balik jendela kamar ketika sayup – sayup terdengar alunan lagu dari kamar sebelah…….
“ketika cinta datang dengan tiba – tiba,
apakah kita tega tuk mengingkarinya……
Jangan kau tanyakan padaku bagaimana bisa terjadi,
aku pun tak pernah meminta jatuh cinta kepadamu….”
Daffa, teman kost-ku memang sangat suka memberikan sindiran lewat lagu. Seperti siang itu, aku yakin sekali dia sengaja menyetel lagu Numata tadi untuk menyindir diriku yang sedang bingung dengan perasaanku sendiri.
Kirei, akhir – akhir ini nama itu selalu melintas dalam lamunanku. Seorang akhwat yang ku kenal sewaktu ikut seleksi program pertukaran pemuda beberapa bulan lalu. Menurutku dia sama seperti jilbaber lainnya yang tetap mencoba eksis dengan identitas kemuslimahannya. Aku cukup heran juga mengapa banyak teman cowok yang menyukainya, mungkin karena tampang imutnya yang manis itu. “Maaf aku cukup tau namanya dari kalian aja ntar, aku ga tertarik untuk ikutan kenalan langsung”, jawabku dengan cuek saat teman – teman mengajakku berkenalan dengan Kirei.
Temanku Arvi bilang, “jangan sok cuek Di, aku yakin suatu saat kamu ga bisa ngelupain dia…” seraya mengajak teman yang lain segera pergi. “mudah – mudahan keyakinanmu salah !” seruku.
Sepertinya ucapan Arvi mulai terbukti, meskipun aku tak pernah ngobrol dan bertemu langsung dengannya tapi nama Kirei selalu tersamar dalam benakku. Semakin aku mencoba menghapusnya semakin jelas terekam di ingatanku. I thought there was something in my head, something has been falling in my heart.
Memimpikan Aisyah ??
Aku sangat jarang bermimpi tapi malam tadi aku mendapat mimpi aneh (setidaknya ‘aneh’ menurutku). Dalam mimpiku aku bertaaruf dengan seorang akhwat yang tak jelas ku lihat wajahnya karena tertutup cadar, yang ku ingat dia memiliki mata bening yang tatapannya meneduhkan hatiku. Aku tidak tahu siapa dia, yang membuatku heran dia tiba – tiba berseru padaku, “maaf, aku bukan Aisyah !” kemudian berlari meninggalkanku. Namun ia kembali lagi dan berkata, “tiada kesempurnaan karena dirimu bukan Muhammad…”. Kemudian aku terbangun karena terdengar suara adzan shubuh, aku segera berwudhu dan sholat. Aku berdoa semoga mimpiku tadi bukan pertanda buruk.
“Wuah… makanya jangan terlalu terobsesi nyari wanita seperti Aisyah, Di. Jadi kebawa mimpi tuch ! Lagian zaman sekarang mana ada wanita yang seperti itu, kalau pun ada belum tentu mau sama dirimu, hehe…..”, ejek Daffa waktu aku ceritakan tentang mimpiku tadi malam. Aku jadi ikutan ketawa menyadari egoku yang terlalu tinggi, menginginkan sosok sesempurna bunda Aisyah padahal diriku belum tentu pantas mendapatkannya. “Ah, setidaknya dia bisa menjadi Aisyah untukku”, gumamku menghibur diri. Tapi siapakah Aisyahku itu???
......................................
Jumat, 11 Maret 2011
6 Rabiul Akhir 1432H
Allah Ta'ala berfirman :
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian kepada Nabi dan ucapkanlah salam kepadanya”. (Al Ahzab: 56)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassallam bersabda :
“Barangsiapa bershalawat kepadaku sekali saja, niscaya Allah akan membalasnya dengan shalawat sepuluh kali lipat.” (H.R. Al Hakim dan Ibnu Sunni, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’)
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian kepada Nabi dan ucapkanlah salam kepadanya”. (Al Ahzab: 56)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassallam bersabda :
“Barangsiapa bershalawat kepadaku sekali saja, niscaya Allah akan membalasnya dengan shalawat sepuluh kali lipat.” (H.R. Al Hakim dan Ibnu Sunni, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’)
Langganan:
Postingan (Atom)