Minggu, 29 Januari 2012

I’M 27 (part 1)

Polisi : “Maaf dek, orang tua kamu mana?”
Hana : “ada di rumah, Pak. Ada perlu apa ya sama ortu saya?”
Polisi : “Jadi ini mobil siapa?”
Hana : “Yee…Bpk ini ditanya malah balik nanya. Ini mobil saya lah, kan saya yang bawa pak…..”
Polisi : “coba adek keluar sebentar”
(Hana keluar dengan gaya cueknya sementara Pak polisi mengamatinya dari atas sampai ke bawah) “Kamu masih sekolah kan?”
Hana : “Wah saya ngerti sekarang maksud Bapak ini, nih Pak KTP dan SIM saya. Silahkan di-check tanggal lahir saya dan status juga kalo perlu”
Polisi : (melihat foto di SIM lalu masih mengamati Hana dengan raut penasaran)
Hana : “Kenapa pak, masih ga percaya? Apa saya terlalu imut untuk bisa punya SIM?”
(sambil nyengir mengambil kartunya dari polisi) “Ya sudah Pak, saya rasa saya ga punya salah apa – apa jadi saya boleh pergi kan sekarang?”
Polisi hanya melihat terbengong – bengong saat Hana akhirnya melajukan mobilnya.

Si Kecil yang telah Dewasa



Hana Yori nama lengkapnya, biasa dipanggil Hana oleh orang kebanyakan tapi orang – orang dekatnya lebih suka memanggilnya Yocil singkatan dari Yori si kecil. Hana memang bertubuh mungil dan imut, tingginya hanya 145 centimeter dengan paras manis dan imut membuatnya terlihat 10 tahun lebih muda dari usia sebenarnya. Karena itu pula dia sering digoda teman – temannya, disuruh pakai seragam dan pergi ke sekolah.
Karena hal itu pula Hana sering kena sedikit masalah dengan polisi lalu lintas, baik saat mengendarai motor maupun mobil. Pada awalnya Hana sempat kesal dan marah kepada orang – orang yang menganggapnya anak kecil namun lama – kelamaan dia menjadi terbiasa dan sudah bisa menerima perlakuan orang tersebut. Untung saja dia tidak bekerja sebagai guru, bisa dibayangkan kalau Hana menjadi guru akan jadi seperti apa hasilnya.

Karena tampang imutnya itu juga orang – orang yang berniat jahat padanya tidak pernah menyangka kalau dia jago karate, setidaknya bisa menjaga dirinya sendiri. Berbeda sekali dengan adik semata wayangnya yang memang 7 tahun lebih muda dari Hana. Aya, demikian adiknya biasa dipanggil meskipun memiliki paras imut dan manis juga namun karena cara dandan dan tubuh bongsornya membuatnya kelihatan lebih dewasa dari usia yang sebenarnya.
Pernah suatu saat Aya mengajak beberapa teman kuliahnya untuk membuat tugas di rumahnya. Kebetulan saat itu Hana sedang cuti, jadi dialah yang membantu menyediakan makanan dan minuman untuk tamu. Terjadilah percakapan antara Aya dan teman – temannya…..
Ridwan : “Ay ! lo koq ga pernah cerita sih kalo punya adik sekiyut itu?”
Teman - teman: “iya benar, Ay. Bolehlah kita dikenalin, anak sekolah mana dia?”
Aya : “hey…gue ga punya adik tau, gue itu cuma 2 bersodara dan gue anak bungsu !”
Reni : ”Lah jadi yang tadi itu sepupu lo, ya?”
Aya : “maksud kalian yang nganterin makanan tadi itu?”
Teman – teman: “iyaaa………”
Aya : “hahaha….itu sih Hana, mbak gue tau !”
Ridwan : “beneran Ay? Maksud lo mbak lo yang udah kerja di Telkom itu?”
Aya : “apa perlu gue kasih liat KTPnya atau Akta kelahiran sekalian?”
Teman – teman Aya saling pandang

Selasa, 10 Januari 2012

I Love Japan

Yeah i still write a list everything made me attracted to Japan.....

The Technology {Vending Machine,....}
The Food {Sushi,......}
Manga or Comics
J-Dorama







I Love Japan

Tonight i get insomnia again, i don't know what to do. Commonly, i'll write a short story or some poetries but this time i really have no idea to do that. Things cross on my mind just about Nihon (read-Japan).

I have a big expectation to be there a.s.a.p. However the way, i am really attracted in whole things....

The Culture {kotatsu,kimono}
Sakura
The Letters {Hiragana, Katakana and Kanji}
















Sabtu, 05 November 2011

10 Dzulhijjah 1432 H




Semoga kita dapat mengambil IBRAH dari kisah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, juga mendapatkan MAKNA BERQURBAN yang sebenarnya. InsyaAllah

Selasa, 13 September 2011

Just A Song

saat ku masih terjaga di tengah malam ku dengar lagu ini, easy listening sekali.... (aku sangat menikmatinya)

DOAKU UNTUKMU SAYANG
by. Wali

Kau mau apa pasti kan ku beri
Kau minta apa akan ku turuti
Walau harus aku terlelah dan letih
Ini demi kamu, sayang....

Aku tak akan berhenti menemani dan menyayangimu
Hingga matahari tak terbit lagi
Bahkan bila aku mati ku kan berdoa pada Ilahi
Tuk satukan kami di surga nanti

Tahukah kamu apa yang ku pinta
Di setiap doa sepanjang hariku
Tuhan tolong aku, tolong jaga dia
Tuhan aku sayang dia

**Hopefully one day here will be someone sings this song just for me ^_^

Senin, 12 September 2011

IKHWAN NARSIS (part 2/End)


pict. by www.kawanimut.com

Ikhwan Idaman???

Ada seorang teman kuliah Khalis yang sering diajaknya ikut ke rumah Shofi, namanya Radit. Menurut Radit, Khalis adalah sahabat terbaik dan terdekatnya tapi ada yang aneh bagi Shofi. Bila benar Radit itu sahabat dekatnya, seharusnya dia tahu betul seperti apa sifat dan karakteristik Khalis sebenarnya. Namun apa yang digambarkan Radit tentang Khalis sangat berbeda dengan Khalis yang Shofi kenal bahkan seperti bumi dan langit. Sikap Khalis pun sangat berbeda saat dia sedang bersama sahabatnya atau teman – temannya yang lain, dia terlihat lebih sopan dan tidak banyak bicara bahkan temannya ada yang menjulukinya “cool guy”, “cute boy” bahkan ada pula yang menyebutnya “ikhwan idaman”. Setahu Shofi, kakaknya itu memang aktif ikut kegiatan Rohis dan tak pernah terlihat bersama wanita selain keluarganya tapi kalau sampai dibilang cool apalagi predikat sebagai ikhwan idaman sepertinya benar – benar tak pernah terpikirkan oleh Shofi apalagi hal itu diungkapkan oleh teman dekat kakaknya sendiri.

Demi memuaskan rasa penasarannya, suatu hari Shofi berkunjung ke kampus tempat kakaknya kuliah. Kampus itu lumayan jauh dari sekolah Shofi, harus naik bus sekitar 20 menit untuk sampai di sana. Sampai di sana Shofi melihat banyak mahasiswa bertebaran di sekitar kampus, ada yang baru mau masuk, ada yang akan keluar, ada yang berkumpul dengan teman – temannya berdiskusi, ada juga yang sedang berlari – lari seperti sedang terburu – buru mengumpulkan tugas kuliahnya.
Ada beberapa orang yang memandangnya heran, mungkin karena dia menggunakan seragam sekolah. Ada seorang mahasiswi berjilbab yang menyapanya,
Mahasiswi : “Assalamualaykum, ada yang bisa saya bantu Dik?”.
Shofi : “Wa’alaykumsalam, saya Shofi saya ke sini mencari kakakku”
Mahasiswi : “kalo boleh tau siapa nama kakaknya dan d progdi apa?”
Shofi : “Namanya Ikhwan Khalis Putra, di progdi Teknik Sipil angkatan 2010”
Mahasiswi : “ wah jadi kamu adiknya Ikhwan? Senang sekali bisa berkenalan dengan adik. Hmm…sebenarnya mudah sekali menemukan kakakmu itu. Kalau tidak di gedung fakultas teknik pasti di lab atau bisa juga di masjid”
Shofi : “maaf kalo boleh tau, nama kakak siapa dan apa kakak benar – benar mengenal kakakku?”.
Mahasiswi : “panggil saja saya Raisa, hmm….rasanya hampir semua yang kuliah dan mengajar di kampus ini mengenal Ikhwan” (sambil menjulurkan tangan untuk berkenalan).
Shofi : “senang juga berkenalan dengan kakak, maaf klo kak Raisa ga sibuk bolehkah Shofi ngobrol sekalian nanya – nanya ke kakak?”
Mahasiswi : “boleh..boleh..kebetulan saya tidak ada jam kuliah lagi untuk hari ini, kita ngobrol di kantin aja gimana?”
Shofi : “makasih kak, dengan senang hati” (dengan sumringah)”
Akhirnya setelah mendapatkan apa yang diinginkannya Shofi pulang dengan hati puas. Dan bertekad mengkonfirmasikan apa yang telah dia dengar dari Raisa kepada kakaknya.

Ikhwan Narsis

Hari ini Shofi sengaja berkunjung ke rumah Ummi Rani (ibunya Khalis) untuk mencari tahu sedang apa kakaknya itu. Kebetulan saat itu Khalis terlihat sedang asyik menulis di ruang tamu rumahnya.
Shofi : “Assalamualaykum…”
Khalis : “ Wa’alaykumussalam wa rahmatullahi wa barakatuh” (dengan tatapan tetap ke kertas di depannya)
Shofi : “nulis apa Kak, asyik banget kayaknya sampai ga lihat – lihat ke sekitar lagi !”
Khalis : “ada deh, mau tau aja..”
Shofi : “ummi mana? Kok ga kedengaran suaranya?”
Khalis : “kayaknya ummi ketiduran tuh di depan TV abis kecapean bantuin tetangga yang mau hajatan, hmm…nyari ummi atau kakak nih?” (dengan senyum seraya menghentikan aktivitasnya)
Shofi : “kakak nih suka geer sendiri ja, tapi kebetulan emang Shofi ke sini mau menginterogasi !”
Khalis : “waduh serasa jadi tersangka nih diinterogasi, emangnya da apa?”
Shofi : “gini menurut kak Radit, kakak itu orangnya kalem, sopan n cool bahkan menurut teman – temanmu kakak dapat predikat ikhwan idaman”
Khalis : (dengan senyum lebar) “terus apa yang salah, itu kan orang yang nilai. Hehe…dan kamu harus mengakui kalo kakakmu ini memang keren !”
Shofi : “ga, Shofi ga setuju banget. Kakak kan bawel, usil pokoknya jauh dari kesan keren deh. Kenapa kakak berpura – pura sebaliknya di depan orang lain?!”
Khalis : (dengan senyum bangganya) “sebenarnya aku ga bermaksud berpura – pura tapi para fans kakak tuch udah terlanjur menilai kakak seperti itu, jadi daripada buat mereka kecewa ku nikmati aja semua penilaian baik orang itu ! haha…”
Shofi : “fans? Siapa? Jangan – jangan kakak geer sendiri lagi atau apa karena predikat sebagai ketua rohis yang alim juga mahasiswa berprestasi di kampus?
Khalis : “para akhwat itu lah yang jadi fans beratku, aku tahu kalo ada beberapa orang yang suka cari – cari tau tentangku. Ketua Rohis? Hmm…salah siapa pilih aku jadi ketua terus berprestasi? Hehe…syukurlah aku masih punya hal yang patut dibanggakan. By the way, para penggemar kakak tuh siap membantu apa pun lho ! Gimana kalo aku manfaatin buat bantu tugas kuliah atau ku dekatin yang cantik sekedar buat iri teman – teman yang lain?”
Shofi : “Astaghfirullahalazhim… dasar ikhwan narsis, kelakuan makin hari makin menyebalkan aja. Sadar Kak ! mungkin para mahasiswi itu juga sedang berpura – pura di depan kakak karena mau nebeng popularitas kakak aja. Tapi terserah kakak lah, Shofi ga mau ikut – ikutan, paling ntar Shofi bilang ke Kak Raisa kalo kakak itu ternyata seorang Ikhwan narsis ! hehe….” (dengan senyum bangga karena merasa tau rahasia Khalis)
Khalis : “Raisa? Raisa Putri Zahra? Kapan kamu kenalan sama dia? Dapat cerita apa tentang dia?” (dengan raut penasaran)
Shofi : “Kakak suka kan sama Kak Raisa? Hehe…Shofi punya nomor hpnya lho ! wkwk…”
Khalis : (muka bersemu merah) “suka? Sok tau kamu, pasti kamu dibohongi Radit…”
Shofi : “Kak Radit atau kakak yang bohong? Shofi tau, kan tadi Shofi sempat baca puisi yang kakak tulis buat Kak Raisa ! (sambil tersenyum puas lalu berlalu). Ya sudah aku balik dulu ya Ikhwan Narsis….Assalamualaykum”

Wajah Khalis semakin bersemu merah, merasa malu karena ketahuan puisinya untuk Raisa dan karena telah salah menuduh Radit berbohong pada adiknya.

Selasa, 09 Agustus 2011

IKHWAN NARSIS

“Astaghfirullah, Kak Khalis….”, seru Shofi. Gadis manis itu merasa terkejut saat sedang menikmati bacaan novelnya di teras rumah dan tiba – tiba seseorang datang menutup bacaannya. Tanpa rasa bersalah si Khalis masuk rumah dengan membawa novel itu sementara Shofi membuntutinya dengan raut kesal. “Assalamualaykum ! Ibu…ibu…”, Khalis langsung menuju dapur menemui Ibu Shofi yang sedang mempersiapkan masakan untuk berbuka puasa. “Wa’alaykumsalam….”, jawab ibu tanpa menoleh, sepertinya dia sudah tahu siapa yang datang. “Kakak, balikin dong novel Shofi, usil banget sih ! orang masih baca bukunya diambil”, seru Shofi lagi. “Iya..iya, pinjam bentar ja sewot banget sih, aku kan cuma mau lihat sinopsisnya. Lagian bulan puasa nih, jangan marah – marah entar ga dapat pahala lho !”, ujar Khalis tersenyum puas sambil mengembalikan buku kepada si empunya. “makasih !”, ujar Shofi sembari buru – buru mengambil novelnya kemudian berlalu pergi ke kamarnya. Sang ibu hanya bisa geleng – geleng kepala melihat kelakuan kedua anak tersebut.

Sementara itu Khalis yang melihat ibu Shofi sedikit kerepotan memasak, menawarkan bantuan. “Ibu masak apa? Khalis bantuin ya?”, tanyanya. “Emangnya kamu bisa masak?”, ibu Shofi balik bertanya. “Hmm….enggak sih, tapi mungkin Khalis bisa bantu ngiris – ngiris atau bersihin sisa – sisa masaknya. Hehe…”, sahutnya dengan senyum malu. “hehe…”, ibu Shofi balas senyum kemudian bertanya lagi, “ lah emangnya kamu ga bantuin ummi-mu di rumah?”. “oh justru karena Khalis sudah selesai bantuin Ummi makanya ke sini tadi udah pamit kok sama Ummi”, tutur Khalis.

Flashback

Sepuluh tahun lalu Ikhwan Khalis Putra hanya seorang anak yang pemurung dan tidak banyak bicara. Hal itu sebenarnya dampak dari kehilangan abi yang sangat disayanginya karena sakit sewaktu dia baru duduk di kelas dua Sekolah Dasar. Ummi-nya sudah lelah menghiburnya namun sia – sia, Khalis tetap susah untuk ceria. Hingga kemudian umminya mengajaknya pindah ke rumah baru yang kebetulan bertetangga dengan sahabat sang ummi, dia adalah ibunya Shofi. Kebetulan Shofi adalah anak tunggal, dia ingin sekali mempunyai seorang kakak. Jadilah Shofi riang hati ketika diberitahu ibunya kalau dia akan dapat kakak, anak dari sahabat ibu. “Shofi, nanti mama kenalin sama anak teman mama kebetulan dia juga ga punya adik, mama udah Tanya ke ibunya dan katanya Shofi boleh anggap dia sebagai kakak Shofi”, ujar ibunya dengan tersenyum. Shofi yang baru masuk Sekolah Dasar terlihat gembira sekali, “benar ma? Jadi Shofi punya kakak sekarang? Asyik..asyik…!” serunya. Ibunya hanya tersenyum melihat keceriaan putrinya.

Sifat Shofi yang ceria ternyata mampu menghapus kesedihan di raut murung Khalis, perlahan – lahan dia bisa mengikuti keceriaan sang adik bahkan kian hari semakin banyak keusilan yang dilakukannya pada adik satu – satunya itu. Ibu Khalis senang melihat keceriaan di wajah anaknya, dia sangat berterima kasih pada keluarga Shofi karena sudah menganggap mereka seperti keluarga sendiri. Ayah dan ibu Shofi juga senang bisa punya anak laki – laki seperti Khalis karena ada yang menjaga Shofi, bahkan ayah Shofi membantu membiayai pendidikan Khalis hingga dia bisa menghasilkan uang sendiri. Sementara Shofi dan Khalis sudah benar – benar seperti saudara kandung, ke mana pun adiknya pergi Khalis selalu jadi pengawalnya dan Shofi senang ada yang melindunginya.

still continue..... ^_^