Jumat, 25 Desember 2009

MENUNGGU TANPA WAKTU (Inspired by true story)


Cinta datang tak pernah diduga
Cinta datang bukan karena dipaksa
Cinta tumbuh karena kehendak Sang Maha Cinta
Cinta tumbuh bagai energi dari dalam jiwa

Jangan salahkan cinta atas air mata
Jangan salahkan cinta atas kecewa
Karena cinta hanya memberi
Karena cinta sanggup tuk menunggu
Meski tanpa waktu……………..

(my own poem)

Mungkin sepenggal puisi tersebut dapat mewakili perasaan seorang teman yang hingga saat ini masih percaya bahwa cintanya akan kembali kepadanya. Seorang teman yang percaya pada kekuatan harapan. Begitulah yang pernah dituturkannya padaku.

Perkenalan

Saat itu bulan Juli tahun 2005, Didi seorang pemuda biasa yang kuliah di fakultas pertanian di satu – satunya perguruan tinggi negeri di Bengkulu mengikuti kegiatan magang (praktek kerja) bersama beberapa orang temannya di Bandung. Ternyata cukup banyak yang ikut dalam kegiatan tersebut, mereka berasal dari berbagai perguruan tinggi di berbagai daerah seperti UNAND, UNIB, UNILA, UNIDA, IPB, OENSOED, UNS, dan lain – lain.

Pada saat itulah Di panggilan akrabnya mengenal seorang gadis manis yang kemudian dia tahu namanya Gerish. Gerish yang mahasiswi IPB dari fakultas ilmu nutrisi makanan ternak itu adalah gadis periang. Di mengaku sejak pertama melihat Gerish, dia sudah jatuh hati pada gadis itu (mungkin ini yang disebut orang ‘love at the first sight’ ya). Sayangnya Di bukan tipe cowok yang mudah menunjukkan perasaannya, jadilah Di hanya sekedar berkenalan dan curi – curi pandang di antara beberapa teman yang ikut magang waktu itu.

Menyatakan Cinta

Semakin lama mengenalnya semakin Di mencintai Gerish. Gadis itu selalu mengisi ruang benaknya. Keceriaan dan senyum manis gadis itu membuatnya semakin bersemangat melewati masa – masa magangnya di sana.

Suatu hari di akhir Juli Di sudah bertekad untuk bisa menyatakan perasaannya pada mahasiswi IPB itu. Di pun mencari saat yang tepat untuk mengaplikasikan niatnya itu. Kebetulan di hari terakhir bulan Juli itu para peserta magang mengadakan rekreasi ke kawah putih di daerah Ciwidey kabupaten Bandung (hmm…. Itu tuch tempat syutingnya film heart, yg waktu Nirina berlari di antara akar-akar pohon itu).

Malam itu di antara dinginnya suhu di Ciwidey, akhirnya Di menyatakan perasaannya kepada gadis impiannya itu. Di berpikir dia harus memberikan waktu kepada Gerish untuk memikirkan keputusan atas pernyataannya. Tepat pukul 02.30 dini hari di hari pertama bulan Agustus, gadis itu akhirnya memberi keputusan untuk menerima cinta Di. Tak bisa digambarkan betapa bahagia hati Didi saat itu karena Gerish adalah pacar pertamanya dan dia berharap bisa menjadi yang terakhir.

Lost in time

Sayang sekali kebahagiaan dan kebersamaan yang baru dirasakan Di tidak berlangsung lama karena keesokan harinya mereka harus berpisah. Dia dan sebagian besar peserta magang yang lain harus meneruskan perjalanan ke Bogor sementara Gerish harus ikut rombongan mahasiswa IPB lainnya ke Cirebon. Mereka tidak sempat bertemu lagi sampai masing – masing peserta magang kembali ke kota asalnya.

Jadilah mereka berdua menjalani ‘long distance relationship’ (istilah untuk hubungan jarak jauh). Walaupun belum bisa bertatap muka lagi mereka menjalani hubungan itu dengan bahagia dan tidak pernah mendapat masalah yang berarti. “Dia membuatku semangat menjalani hidup dan mampu melakukan apa pun”, itu yang pernah Didi katakan padaku. “di mana cewek itu sekarang, Di?”, aku tanyakan hal itu padanya ketika tiba – tiba dia ceritakan padaku bahwa dia telah kehilangan cinta Gerish.

Ya, Didi telah kehilangan cinta dari gadis yang sangat dia sayangi itu. Ternyata hubungan mereka hanya bertahan selama 6 bulan saja, tepat pada bulan Februari 2006 Gerish memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka. “Gerish bilang dia ga sanggup sendiri. Saat dia membutuhkanku, aku ga ada disampingnya pun sebaliknya. Saat dia butuh tempat bersandar, curhat and anything else aku ga ada buat dia. Mungkin itu yang membuatnya mengambil keputusan buat pisah”, demikian curhat Di kepadaku. “dia sekarang kerja di Serang, Wi”, lanjutnya.

“terus gimana kabarnya sekarang, Di. Apa dia masih sendiri?”, tanyaku saat dia menceritakan kesedihannya karena kehilangan Gerish. “entahlah, yang jelas dia pernah bilang padaku kalo dia sudah anggap aku sebagai teman biasa. Dia benar – benar istimewa bagiku Wi, aku ga bisa melepasnya begitu saja. Sampai sekarang aku masih berharap ada sedikit rasa cinta and sayang dia kepadaku, tapi itu mungkin cuma harapanku aja. Walaupun begitu aku akan ambil harapan itu walaupun hampir tidak mungkin aku mendapatkannya, karena dengan harapan itulah aku masih bisa berdiri sampai sekarang and masih bersemangat untuk menjalani hidup”, ungkap Didi. (saat Di mengatakan itu sudah akhir tahun 2009, coba bayangkan sudah berapa lama dia menunggu mantan pacarnya itu !).

Harapan itu mungkin ada

Di, temanku yang malang apa yang bisa ku sarankan padamu. Aku jadi teringat lagunya Sherina, Cinta Pertama dan Terakhir mungkin itu bisa menggambarkan bagaimana perasaan Didi terhadap Gerish, mojang Bandung yang dikenalnya empat tahun yang lalu itu. “Di, Tuhan Maha Tahu apa yang terbaik untuk makhluknya. Kalo kamu yakin dengan apa yang kamu harapkan dan kamu lakukan maka lakukanlah. Harapan itu memang selalu ada untuk orang – orang yang mempercayainya”, hanya itu yang bisa ku katakan pada Di akhirnya.

“Thanks Wi, aku akan coba menunggunya walau sampai kapan pun”, ujar Didi. Aku tidak bisa menyarankan apa pun lagi, dalam batinku berdoa semoga semua harapan dan keyakinannya itu terwujud. Cinta oh cinta memang misteri, bisa memberi kekuatan yang tidak terduga. Bisa membuat keajaiban dan keanehan. Bisa merubah harapan menjadi ketegaran, membuat hidup berwarna – warni. Pada akhirnya cinta mampu membuat seorang Di menunggu tanpa waktu.

5 komentar:

  1. Sebenarnya aku gak gitu tahu pasti definisi cinta. Menurutku, love is compromise. Entah benar atau tidak.

    Aku juga gak tahu, apakah itu cinta ketika berkali2 ditolak tetap saja jantan mengejar betina. Apakah itu cinta ketika induk si betina menghinadina, namun sang jantan pantang mundur. Apakah itu cinta ketika YA keluar dari mulut si betina, namun tetap ia bergerilya mencari jantan lain yg lebih WAH, dan sang jantan tetap setia. Dan itu terjadi secara nyata tak jauh dariku.

    Mungkin kira2 begitulah cinta, seperti halnya cerita Di di atas. Namun begitu, seorang teman pernah bilang, "Itu bukan cinta, itu obsesi". And I wanna know, what does suzanchan's opinion about that statement?

    BalasHapus
  2. Wee, if u ask me 'bout your friend's statement i think it's not true at all. Let's check my simple opinion below :

    Cinta sama dgn energi, ia bisa tercipta di hati setiap makhluk namun tidak bisa dimusnahkan begitu saja (ingat hkm kekekalan energi kan?)

    Spt halnya energi, cinta bisa bersifat konstruktif juga destruktif (semua tergantung reaksi individu yg mengalaminya)

    Dan layaknya energi, cinta tidak dapat dilihat wujudnya hanya bisa dirasakan dan dilihat efek yg ditimbulkannya

    well, that's only my opinion if u don't agree no matter ^_^

    BalasHapus
  3. Memang hanya org bersangkutan yg benar2 tahu, apakah ia mencinta atau terobsesi.

    BalasHapus
  4. jangan bilang cinta kalau takut terluka . .
    jangan bilang rindu jika tak sanggup meng-aduh . .
    jangang katakan apapun jika kau belum mampu menangis . .

    ^_^ salam hangat

    BalasHapus