Sabtu, 05 November 2011
10 Dzulhijjah 1432 H
Semoga kita dapat mengambil IBRAH dari kisah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, juga mendapatkan MAKNA BERQURBAN yang sebenarnya. InsyaAllah
Selasa, 13 September 2011
Just A Song
saat ku masih terjaga di tengah malam ku dengar lagu ini, easy listening sekali.... (aku sangat menikmatinya)
DOAKU UNTUKMU SAYANG
by. Wali
Kau mau apa pasti kan ku beri
Kau minta apa akan ku turuti
Walau harus aku terlelah dan letih
Ini demi kamu, sayang....
Aku tak akan berhenti menemani dan menyayangimu
Hingga matahari tak terbit lagi
Bahkan bila aku mati ku kan berdoa pada Ilahi
Tuk satukan kami di surga nanti
Tahukah kamu apa yang ku pinta
Di setiap doa sepanjang hariku
Tuhan tolong aku, tolong jaga dia
Tuhan aku sayang dia
**Hopefully one day here will be someone sings this song just for me ^_^
DOAKU UNTUKMU SAYANG
by. Wali
Kau mau apa pasti kan ku beri
Kau minta apa akan ku turuti
Walau harus aku terlelah dan letih
Ini demi kamu, sayang....
Aku tak akan berhenti menemani dan menyayangimu
Hingga matahari tak terbit lagi
Bahkan bila aku mati ku kan berdoa pada Ilahi
Tuk satukan kami di surga nanti
Tahukah kamu apa yang ku pinta
Di setiap doa sepanjang hariku
Tuhan tolong aku, tolong jaga dia
Tuhan aku sayang dia
**Hopefully one day here will be someone sings this song just for me ^_^
Senin, 12 September 2011
IKHWAN NARSIS (part 2/End)
pict. by www.kawanimut.com
Ikhwan Idaman???
Ada seorang teman kuliah Khalis yang sering diajaknya ikut ke rumah Shofi, namanya Radit. Menurut Radit, Khalis adalah sahabat terbaik dan terdekatnya tapi ada yang aneh bagi Shofi. Bila benar Radit itu sahabat dekatnya, seharusnya dia tahu betul seperti apa sifat dan karakteristik Khalis sebenarnya. Namun apa yang digambarkan Radit tentang Khalis sangat berbeda dengan Khalis yang Shofi kenal bahkan seperti bumi dan langit. Sikap Khalis pun sangat berbeda saat dia sedang bersama sahabatnya atau teman – temannya yang lain, dia terlihat lebih sopan dan tidak banyak bicara bahkan temannya ada yang menjulukinya “cool guy”, “cute boy” bahkan ada pula yang menyebutnya “ikhwan idaman”. Setahu Shofi, kakaknya itu memang aktif ikut kegiatan Rohis dan tak pernah terlihat bersama wanita selain keluarganya tapi kalau sampai dibilang cool apalagi predikat sebagai ikhwan idaman sepertinya benar – benar tak pernah terpikirkan oleh Shofi apalagi hal itu diungkapkan oleh teman dekat kakaknya sendiri.
Demi memuaskan rasa penasarannya, suatu hari Shofi berkunjung ke kampus tempat kakaknya kuliah. Kampus itu lumayan jauh dari sekolah Shofi, harus naik bus sekitar 20 menit untuk sampai di sana. Sampai di sana Shofi melihat banyak mahasiswa bertebaran di sekitar kampus, ada yang baru mau masuk, ada yang akan keluar, ada yang berkumpul dengan teman – temannya berdiskusi, ada juga yang sedang berlari – lari seperti sedang terburu – buru mengumpulkan tugas kuliahnya.
Ada beberapa orang yang memandangnya heran, mungkin karena dia menggunakan seragam sekolah. Ada seorang mahasiswi berjilbab yang menyapanya,
Mahasiswi : “Assalamualaykum, ada yang bisa saya bantu Dik?”.
Shofi : “Wa’alaykumsalam, saya Shofi saya ke sini mencari kakakku”
Mahasiswi : “kalo boleh tau siapa nama kakaknya dan d progdi apa?”
Shofi : “Namanya Ikhwan Khalis Putra, di progdi Teknik Sipil angkatan 2010”
Mahasiswi : “ wah jadi kamu adiknya Ikhwan? Senang sekali bisa berkenalan dengan adik. Hmm…sebenarnya mudah sekali menemukan kakakmu itu. Kalau tidak di gedung fakultas teknik pasti di lab atau bisa juga di masjid”
Shofi : “maaf kalo boleh tau, nama kakak siapa dan apa kakak benar – benar mengenal kakakku?”.
Mahasiswi : “panggil saja saya Raisa, hmm….rasanya hampir semua yang kuliah dan mengajar di kampus ini mengenal Ikhwan” (sambil menjulurkan tangan untuk berkenalan).
Shofi : “senang juga berkenalan dengan kakak, maaf klo kak Raisa ga sibuk bolehkah Shofi ngobrol sekalian nanya – nanya ke kakak?”
Mahasiswi : “boleh..boleh..kebetulan saya tidak ada jam kuliah lagi untuk hari ini, kita ngobrol di kantin aja gimana?”
Shofi : “makasih kak, dengan senang hati” (dengan sumringah)”
Akhirnya setelah mendapatkan apa yang diinginkannya Shofi pulang dengan hati puas. Dan bertekad mengkonfirmasikan apa yang telah dia dengar dari Raisa kepada kakaknya.
Ikhwan Narsis
Hari ini Shofi sengaja berkunjung ke rumah Ummi Rani (ibunya Khalis) untuk mencari tahu sedang apa kakaknya itu. Kebetulan saat itu Khalis terlihat sedang asyik menulis di ruang tamu rumahnya.
Shofi : “Assalamualaykum…”
Khalis : “ Wa’alaykumussalam wa rahmatullahi wa barakatuh” (dengan tatapan tetap ke kertas di depannya)
Shofi : “nulis apa Kak, asyik banget kayaknya sampai ga lihat – lihat ke sekitar lagi !”
Khalis : “ada deh, mau tau aja..”
Shofi : “ummi mana? Kok ga kedengaran suaranya?”
Khalis : “kayaknya ummi ketiduran tuh di depan TV abis kecapean bantuin tetangga yang mau hajatan, hmm…nyari ummi atau kakak nih?” (dengan senyum seraya menghentikan aktivitasnya)
Shofi : “kakak nih suka geer sendiri ja, tapi kebetulan emang Shofi ke sini mau menginterogasi !”
Khalis : “waduh serasa jadi tersangka nih diinterogasi, emangnya da apa?”
Shofi : “gini menurut kak Radit, kakak itu orangnya kalem, sopan n cool bahkan menurut teman – temanmu kakak dapat predikat ikhwan idaman”
Khalis : (dengan senyum lebar) “terus apa yang salah, itu kan orang yang nilai. Hehe…dan kamu harus mengakui kalo kakakmu ini memang keren !”
Shofi : “ga, Shofi ga setuju banget. Kakak kan bawel, usil pokoknya jauh dari kesan keren deh. Kenapa kakak berpura – pura sebaliknya di depan orang lain?!”
Khalis : (dengan senyum bangganya) “sebenarnya aku ga bermaksud berpura – pura tapi para fans kakak tuch udah terlanjur menilai kakak seperti itu, jadi daripada buat mereka kecewa ku nikmati aja semua penilaian baik orang itu ! haha…”
Shofi : “fans? Siapa? Jangan – jangan kakak geer sendiri lagi atau apa karena predikat sebagai ketua rohis yang alim juga mahasiswa berprestasi di kampus?
Khalis : “para akhwat itu lah yang jadi fans beratku, aku tahu kalo ada beberapa orang yang suka cari – cari tau tentangku. Ketua Rohis? Hmm…salah siapa pilih aku jadi ketua terus berprestasi? Hehe…syukurlah aku masih punya hal yang patut dibanggakan. By the way, para penggemar kakak tuh siap membantu apa pun lho ! Gimana kalo aku manfaatin buat bantu tugas kuliah atau ku dekatin yang cantik sekedar buat iri teman – teman yang lain?”
Shofi : “Astaghfirullahalazhim… dasar ikhwan narsis, kelakuan makin hari makin menyebalkan aja. Sadar Kak ! mungkin para mahasiswi itu juga sedang berpura – pura di depan kakak karena mau nebeng popularitas kakak aja. Tapi terserah kakak lah, Shofi ga mau ikut – ikutan, paling ntar Shofi bilang ke Kak Raisa kalo kakak itu ternyata seorang Ikhwan narsis ! hehe….” (dengan senyum bangga karena merasa tau rahasia Khalis)
Khalis : “Raisa? Raisa Putri Zahra? Kapan kamu kenalan sama dia? Dapat cerita apa tentang dia?” (dengan raut penasaran)
Shofi : “Kakak suka kan sama Kak Raisa? Hehe…Shofi punya nomor hpnya lho ! wkwk…”
Khalis : (muka bersemu merah) “suka? Sok tau kamu, pasti kamu dibohongi Radit…”
Shofi : “Kak Radit atau kakak yang bohong? Shofi tau, kan tadi Shofi sempat baca puisi yang kakak tulis buat Kak Raisa ! (sambil tersenyum puas lalu berlalu). Ya sudah aku balik dulu ya Ikhwan Narsis….Assalamualaykum”
Wajah Khalis semakin bersemu merah, merasa malu karena ketahuan puisinya untuk Raisa dan karena telah salah menuduh Radit berbohong pada adiknya.
Selasa, 09 Agustus 2011
IKHWAN NARSIS
“Astaghfirullah, Kak Khalis….”, seru Shofi. Gadis manis itu merasa terkejut saat sedang menikmati bacaan novelnya di teras rumah dan tiba – tiba seseorang datang menutup bacaannya. Tanpa rasa bersalah si Khalis masuk rumah dengan membawa novel itu sementara Shofi membuntutinya dengan raut kesal. “Assalamualaykum ! Ibu…ibu…”, Khalis langsung menuju dapur menemui Ibu Shofi yang sedang mempersiapkan masakan untuk berbuka puasa. “Wa’alaykumsalam….”, jawab ibu tanpa menoleh, sepertinya dia sudah tahu siapa yang datang. “Kakak, balikin dong novel Shofi, usil banget sih ! orang masih baca bukunya diambil”, seru Shofi lagi. “Iya..iya, pinjam bentar ja sewot banget sih, aku kan cuma mau lihat sinopsisnya. Lagian bulan puasa nih, jangan marah – marah entar ga dapat pahala lho !”, ujar Khalis tersenyum puas sambil mengembalikan buku kepada si empunya. “makasih !”, ujar Shofi sembari buru – buru mengambil novelnya kemudian berlalu pergi ke kamarnya. Sang ibu hanya bisa geleng – geleng kepala melihat kelakuan kedua anak tersebut.
Sementara itu Khalis yang melihat ibu Shofi sedikit kerepotan memasak, menawarkan bantuan. “Ibu masak apa? Khalis bantuin ya?”, tanyanya. “Emangnya kamu bisa masak?”, ibu Shofi balik bertanya. “Hmm….enggak sih, tapi mungkin Khalis bisa bantu ngiris – ngiris atau bersihin sisa – sisa masaknya. Hehe…”, sahutnya dengan senyum malu. “hehe…”, ibu Shofi balas senyum kemudian bertanya lagi, “ lah emangnya kamu ga bantuin ummi-mu di rumah?”. “oh justru karena Khalis sudah selesai bantuin Ummi makanya ke sini tadi udah pamit kok sama Ummi”, tutur Khalis.
Flashback
Sepuluh tahun lalu Ikhwan Khalis Putra hanya seorang anak yang pemurung dan tidak banyak bicara. Hal itu sebenarnya dampak dari kehilangan abi yang sangat disayanginya karena sakit sewaktu dia baru duduk di kelas dua Sekolah Dasar. Ummi-nya sudah lelah menghiburnya namun sia – sia, Khalis tetap susah untuk ceria. Hingga kemudian umminya mengajaknya pindah ke rumah baru yang kebetulan bertetangga dengan sahabat sang ummi, dia adalah ibunya Shofi. Kebetulan Shofi adalah anak tunggal, dia ingin sekali mempunyai seorang kakak. Jadilah Shofi riang hati ketika diberitahu ibunya kalau dia akan dapat kakak, anak dari sahabat ibu. “Shofi, nanti mama kenalin sama anak teman mama kebetulan dia juga ga punya adik, mama udah Tanya ke ibunya dan katanya Shofi boleh anggap dia sebagai kakak Shofi”, ujar ibunya dengan tersenyum. Shofi yang baru masuk Sekolah Dasar terlihat gembira sekali, “benar ma? Jadi Shofi punya kakak sekarang? Asyik..asyik…!” serunya. Ibunya hanya tersenyum melihat keceriaan putrinya.
Sifat Shofi yang ceria ternyata mampu menghapus kesedihan di raut murung Khalis, perlahan – lahan dia bisa mengikuti keceriaan sang adik bahkan kian hari semakin banyak keusilan yang dilakukannya pada adik satu – satunya itu. Ibu Khalis senang melihat keceriaan di wajah anaknya, dia sangat berterima kasih pada keluarga Shofi karena sudah menganggap mereka seperti keluarga sendiri. Ayah dan ibu Shofi juga senang bisa punya anak laki – laki seperti Khalis karena ada yang menjaga Shofi, bahkan ayah Shofi membantu membiayai pendidikan Khalis hingga dia bisa menghasilkan uang sendiri. Sementara Shofi dan Khalis sudah benar – benar seperti saudara kandung, ke mana pun adiknya pergi Khalis selalu jadi pengawalnya dan Shofi senang ada yang melindunginya.
still continue..... ^_^
Sementara itu Khalis yang melihat ibu Shofi sedikit kerepotan memasak, menawarkan bantuan. “Ibu masak apa? Khalis bantuin ya?”, tanyanya. “Emangnya kamu bisa masak?”, ibu Shofi balik bertanya. “Hmm….enggak sih, tapi mungkin Khalis bisa bantu ngiris – ngiris atau bersihin sisa – sisa masaknya. Hehe…”, sahutnya dengan senyum malu. “hehe…”, ibu Shofi balas senyum kemudian bertanya lagi, “ lah emangnya kamu ga bantuin ummi-mu di rumah?”. “oh justru karena Khalis sudah selesai bantuin Ummi makanya ke sini tadi udah pamit kok sama Ummi”, tutur Khalis.
Flashback
Sepuluh tahun lalu Ikhwan Khalis Putra hanya seorang anak yang pemurung dan tidak banyak bicara. Hal itu sebenarnya dampak dari kehilangan abi yang sangat disayanginya karena sakit sewaktu dia baru duduk di kelas dua Sekolah Dasar. Ummi-nya sudah lelah menghiburnya namun sia – sia, Khalis tetap susah untuk ceria. Hingga kemudian umminya mengajaknya pindah ke rumah baru yang kebetulan bertetangga dengan sahabat sang ummi, dia adalah ibunya Shofi. Kebetulan Shofi adalah anak tunggal, dia ingin sekali mempunyai seorang kakak. Jadilah Shofi riang hati ketika diberitahu ibunya kalau dia akan dapat kakak, anak dari sahabat ibu. “Shofi, nanti mama kenalin sama anak teman mama kebetulan dia juga ga punya adik, mama udah Tanya ke ibunya dan katanya Shofi boleh anggap dia sebagai kakak Shofi”, ujar ibunya dengan tersenyum. Shofi yang baru masuk Sekolah Dasar terlihat gembira sekali, “benar ma? Jadi Shofi punya kakak sekarang? Asyik..asyik…!” serunya. Ibunya hanya tersenyum melihat keceriaan putrinya.
Sifat Shofi yang ceria ternyata mampu menghapus kesedihan di raut murung Khalis, perlahan – lahan dia bisa mengikuti keceriaan sang adik bahkan kian hari semakin banyak keusilan yang dilakukannya pada adik satu – satunya itu. Ibu Khalis senang melihat keceriaan di wajah anaknya, dia sangat berterima kasih pada keluarga Shofi karena sudah menganggap mereka seperti keluarga sendiri. Ayah dan ibu Shofi juga senang bisa punya anak laki – laki seperti Khalis karena ada yang menjaga Shofi, bahkan ayah Shofi membantu membiayai pendidikan Khalis hingga dia bisa menghasilkan uang sendiri. Sementara Shofi dan Khalis sudah benar – benar seperti saudara kandung, ke mana pun adiknya pergi Khalis selalu jadi pengawalnya dan Shofi senang ada yang melindunginya.
still continue..... ^_^
Kamis, 30 Juni 2011
AKU, KAU (KITA)
Apa yang kau pikir, apa yang ku rasa,
Kita seperti sedang bermain-main dengan takdir
Kau dengan kediamanmu
Aku dalam ketakberdayaanku
Berbicara hanya dalam kekosongan
Untuk suatu yang tiada padahal ada
Hanya tuk menyia – nyiakan garis yang masih kelabu
Sepertinya aku lelah……
Namun…..
Saat ku lihat tangis sang langit,
Saat ku dengar refleksi kata menggema
Saat fantasi membawa keterlupaan kita
Saat itu lelahku seolah menguap
Dan retorika itu kembali mempermainkan keluguan
Aku tersungkur dalam sujudku
Di detik tersulit tuk jiwa yang lemah
Memohon padaNYA tuk melenyapkan kelabu itu
Dan menguatkan hatiku untukNYA
Dan lelahku berganti ketawakkalan
JawabNYA bahwa….
Aku tahu, kau pun tahu
Semua hanya fatamorgana
Kita seperti sedang bermain-main dengan takdir
Kau dengan kediamanmu
Aku dalam ketakberdayaanku
Berbicara hanya dalam kekosongan
Untuk suatu yang tiada padahal ada
Hanya tuk menyia – nyiakan garis yang masih kelabu
Sepertinya aku lelah……
Namun…..
Saat ku lihat tangis sang langit,
Saat ku dengar refleksi kata menggema
Saat fantasi membawa keterlupaan kita
Saat itu lelahku seolah menguap
Dan retorika itu kembali mempermainkan keluguan
Aku tersungkur dalam sujudku
Di detik tersulit tuk jiwa yang lemah
Memohon padaNYA tuk melenyapkan kelabu itu
Dan menguatkan hatiku untukNYA
Dan lelahku berganti ketawakkalan
JawabNYA bahwa….
Aku tahu, kau pun tahu
Semua hanya fatamorgana
28 Rajab 1432 H
Selamat memperingati ISRA' MI'RAJ Nabi Muhammad SAW.
- Isra' adalah perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa (horizontal)
- Mi'raj adalah perjalanan Rasulullah dari Masjidil Aqsa menuju Sidhratul Muntaha (vertikal)
Dalam kehidupannya manusia menjalani dua hubungan yang harus berimbang,
secara horizontal >> hubungan kepada sesama manusia (habluminannas)
secara vertikal >> hubungan manusia dengan Tuhan, Sang Pencipta (habluminallah)
SEMOGA BANYAK HIKMAH DARI ISRA' MI'RAJ YANG DAPAT MEMBUAT KITA MENJADI "UMAT TERBAIK"
- Isra' adalah perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa (horizontal)
- Mi'raj adalah perjalanan Rasulullah dari Masjidil Aqsa menuju Sidhratul Muntaha (vertikal)
Dalam kehidupannya manusia menjalani dua hubungan yang harus berimbang,
secara horizontal >> hubungan kepada sesama manusia (habluminannas)
secara vertikal >> hubungan manusia dengan Tuhan, Sang Pencipta (habluminallah)
SEMOGA BANYAK HIKMAH DARI ISRA' MI'RAJ YANG DAPAT MEMBUAT KITA MENJADI "UMAT TERBAIK"
Senin, 30 Mei 2011
KARENA AKU BUKAN AISYAH… (part 3 / End)
Wrong willing??
Sejak berteman di facebook, aku sering diskusi dan sharing dengan Kirei. Ternyata dia bisa jadi teman sharing yang menyenangkan karena dia mengetahui banyak hal yang aku tidak tahu. Bahkan dia menulis banyak note yang sangat bermanfaat, terutama dalam hal agama. Tidak heran kalau dulu banyak temanku yang ingin berkenalan dengannya dan tidak heran pula bila temannya di facebook sudah ribuan banyaknya. Bahkan ku akui dia memang pantas menjadi seorang akhwat yang banyak didambakan para ikhwan.
Tidak terasa semakin hari aku semakin mengaguminya. Suatu hari aku beranikan diri untuk mengutarakan kekagumanku pada dirinya dan keinginanku untuk mengenal keluarga juga orang – orang terdekatnya melalui pesan di inbox FBnya. Cukup lama aku menunggu jawabannya, akhirnya aku berkesimpulan bahwa dia menolak keinginanku karena sudah sebulan sejak pesanku itu akun FBnya tidak aktif.
Sementara itu, temanku Daffa masih suka menggodaku dengan lagu – lagu melankolisnya. Seperti siang ini, dia menyanyikan lagu “Ayat – ayat Cinta” –nya Rossa dengan suara seraknya ketika tiba – tiba masuk ke kamarku saat aku sedang menge-check inbox FBku. “Di, dirimu ditanyain sama adikku kemarin”, sapa Daffa dengan senyum simpulnya. Aku tak tahu apa maksud senyumnya itu, “oh ya? Apa kbr si Shafira sekarang?”, aku balik bertanya. “Alhamdulillah baik-baik ja, dia titip salam kemaren. Hehe….”, ujar Daffa. Ku jawab saja “waalaykumsalam…” dan pikiranku masih bertanya-tanya ke mana si Kirei, ada apa dengan dirinya.
Kisah dari Sang Aisyah
Sejak tiada balasan apa pun dari Kirei, aku sudah jarang sekali aktif di facebook. Sepertinya yang menarik dari jejaring sosial tersebut hanya berbagi cerita dengannya. Siang ini sebuah sms dari nomor yang tak ku kenal membuatku penasaran. “Assalamualaykum, maaf lama tak membalas pesannya coz aq sgt sibuk akhir2 ni. Klo brkenan temui aq d rmh mkan HALAL ba’da Ashar. Wass.”, demikian isi smsnya tanpa ada nama pengirimnya. Aku menduga mungkinkah sms itu dari Kirei atau orang salah kirim?. Aku putuskan untuk temui saja orang itu, hitung-hitung menambah kenalan baru pikirku.
Tepat pukul 4 sore aku sudah berada di rumah makan sederhana yang terletak strategis persis di sebelah masjid di tengah kota. Seorang lelaki setengah baya langsung menyambutku dengan senyum ramahnya. “Assalamualaykum, maaf apa benar Anda yang namanya Vivaldi?”, tanyanya. Dengan ekspresi heran ku jawab pelan, “benar, maaf apa kita sudah pernah kenal sebelumnya?”. “belum, tapi kita akan segera kenal. Silahkan duduk”, jawab lelaki itu seraya menawarkan sebuah tempat untuk duduk. Kemudian seorang wanita keluar dengan membawa dua gelas minuman, “minum dulu Di, thanks dah datang ke sini”. Dia adalah Kirei, kemudian dia mengambil tempat duduk tepat di depanku. “apa kabar, Di? Maaf kalau tiba-tiba memintamu datang kemari karena ku pikir ini adalah tempat yang tepat untuk ngobrol langsung denganmu. Kebetulan rumah makan ini adalah milik pamanku, yang menyapamu tadi tuh” lanjutnya tanpa titik koma lagi. “Alhamdulillah kabarku baik, makasih udah mengundang ke tempat yang tepat”, jawabku. “rasanya ga perlu basa basi lagi, aku mau menceritakan sesuatu padamu dan mungkin ini akan mempengaruhi penilaianmu kepadaku”, ujar Kirei dengan senyum simpulnya. Tiba-tiba rasa penasaran melingkupi pikiranku, apa yang dia maksud akan mempengaruhi penilaianku padanya?. Belum sempat aku bertanya, Kirei sudah mulai bicara lagi, “tolong jangan bertanya sampai aku selesai bercerita, aku mohon dengarkan dulu seluruhnya”.
“sebelumnya terima kasih atas penilaian positifmu tentangku dan keinginanmu untuk lebih akrab dengan keluargaku. Tapi sebenarnya Kirei yang kamu kenal ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku pernah punya masa lalu yang menyedihkan, beberapa tahun lalu penampilanku tidak seperti sekarang. Dulu aku adalah anak band yang kebanyakan temanku cowok, kebetulan aku satu-satunya wanita dalam bandku. Sebagai anggota band aku juga menjalin hubungan atau orang pacaran dengan salah satu anggota band kami. Namanya Zyan, dia adalah gitaris band kami dan kebetulan dia punya seorang sepupu cewek yang juga sangat akrab denganku. Suatu hari setelah hari pertunangan kami, terjadi peristiwa yang sangat membuatku terpukul. Zyan mengalami kecelakaan saat ingin menjemputku untuk latihan nge-band, motor yang dikendarainya ditabrak sebuah mobil yang dikendarai sopir yang dalam keadaan mabuk. Nyawanya tak tertolong lagi, akhirnya dia meninggal saat itu juga. Aku tidak bisa menerima takdir yang terjadi pada kami, setiap hari saat sendiri aku sering menangis dan menyalahkan diriku atas kejadian itu. Teman-temanku sering datang menghibur tapi tak membuatku bangkit dari keterpurukan, sempat aku terpikir untuk menyusul Zyan ke alam sana tapi beruntung seseorang berhasil menyadarkanku meski harus perlahan. Orang yang berjasa mengenalkanku pada keindahan Islam itu adalah sepupu Zyan yang memang sudah ku anggap seperti adikku sendiri. Dia mengajarkanku bagaimana menjalani hidup di jalan yang diridhoi Allah. Mungkin sebentar lagi dia akan kemari karena dia sering mengajakku ikut pengajian malam jumat, kelak ku kenalkan padamu.”
“Setahun kemudian, tepatnya delapan bulan yang lalu aku memutuskan untuk pindah tinggal bersama paman dan bibiku di sini agar aku bisa benar-benar melupakan kehidupanku yang lalu. Aku merubah penampilan dengan menutup aurat seperti yang kamu lihat sekarang ini juga baru satu tahun dan insyaAllah akan terus perbaiki diri. Adik sepupu Zyan itu banyak memberi contoh wanita-wanita mukmin yang patut ditauladani, kamu tau Aisyah kan Di? Dia adalah wanita yang kami berdua sangat kagumi, semoga kami bisa mencontohnya. Oh iya, note-note yang ku posting di FBku itu kebanyakan ku dapat dari adik sepupu Zyan itu. Dan hadist atau ayat Alquran yang pernah ku posting itu juga referensi dari dia. Kamu tahu kenapa aku suka menulis semua itu? Karena aku bukan seperti Aisyah yang begitu sempurna yang memberi contoh bikan mencontoh. Aku rasa cukup sampai sini dulu ceritaku karena sudah mendekati maghrib. Setelah tahu tentang masa laluku aku yakin kamu punya penilaian lain padaku. Sekarang terserah Aldi, masih mau melanjutkan hubungan kekeluargaan denganku atau tidak”, demikian Kirei mengakhiri ceritanya.
Aku masih terkesima dengan kisahnya dan belum sempat berkomentar apapun, tiba-tiba sebuah suara menyapa. “Assalamualaykum, Kak Rei lagi ada tamu ya?”. Kirei langsung beranjak ke asal suara, “waalaykumsalam, Fira kebetulan dek ada seseorang yang mau kakak kenalkan nih ayo gabung dengan kami”. “Di, ini Fira yang aku ceritakan tadi. Kenalan dulu”, ajak Kirei. Saat aku beranjak untuk menyambut ajakan perkenalan itu betapa terkejut diriku, begitu juga Fira menunjukkan ekspresi yang sama. Sebuah kalimat meluncur hampir bersamaan dari mulut kami, “Kak Valdi???” serunya. “Shafira, adiknya Daffa kan?” ujarku.
Kamis, 21 April 2011
KARENA AKU BUKAN AISYAH… (part 2)
Dua Permata
Sore itu Daffa teman kost-ku mendapat tamu istimewa, seorang wanita berparas ayu dengan gaya anggun namun sedikit manja memakai jilbab berwarna cerah secerah cahaya surya senja. Ku dengar Daffa menyebut namanya Shafira. Dia mengenalkan wanita itu padaku sebagai adiknya satu-satunya. Walaupun terlihat manja pada kakaknya, Shafira tetap bersikap sopan pada orang lain. Dia membawa cukup banyak oleh – oleh saat itu, katanya khusus dibuat untuk kakaknya. Aku sedikit iri melihat keakraban dua saudara itu, karena aku tidak memiliki saudara.
“Daf, adikmu masih kuliah ya?”, tanyaku pada Daffa setelah adiknya pamit pulang. “hmm…ya semester akhir sebentar lagi selesai”, jawab Daffa sambil membuka bungkusan buah tangan dari Shafira. “Sepertinya dia seorang muslimah yang terjaga juga pintar….”, lanjutku. Daffa menatapku, “maksudmu???”. “maksudku dia tahu bagaimana harus bersikap, pasti kamu bangga punya adik seperti itu”, jawabku seraya tersenyum penuh arti. “Oh..tentu ja siapa dulu kakaknya !”, Daffa terdiam sebentar lalu ”hmm, Aldi jangan bilang kalo sekarang kamu menyukai adikku…..” ujarnya dengan ekspresi penasaran. Aku hanya menjawab pertanyaannya dengan senyuman sambil berlalu ke kamarku.
Aku masih senyum – senyum sendiri mengingat ekspresi Daffa tadi, aku memang mengagumi kebersahajaan adiknya tapi….entah kenapa sebuah nama terlintas lagi dalam benakku. “Kirei”, aku tak tahu kenapa nama itu selalui menghantui ingatanku. Demi menepis keberadaannya dari benakku, ku buka laptopku dan mencoba online. Kebetulan sudah lama aku tak membuka akun facebook-ku, ternyata sudah banyak sekali notifikasi yang masuk dan ada beberapa friend request. Ku lihat daftar friend request, ada dua nama yang membuatku cukup kaget. ‘Kireina Azyan’ dan ‘Azyani Shafira’, karena penasaran ku buka profil kedua orang ini.
Profil pertama yang ku lihat, fotonya seorang wanita bersama dengan laki – laki yang sangat aku kenal. Tidak salah lagi itu adalah foto Daffa dan adiknya, langsung ku konfirmasi saja. Profil yang lainnya, seorang wanita dengan seorang anak kecil. Sebenarnya gambarnya tidak terlalu jelas karena sepertinya foto itu diambil dari jarak yang cukup jauh, tapi aku bisa pastikan wanita dalam foto itu adalah Kirei yang aku kenal beberapa bulan lalu. Ku baca lebih teliti lagi profilnya, sayangnya tak banyak informasi yang ditampilkan di sana. Aku tak tahu kenapa, ada perasaan yang aneh saat ku konfirmasi friend request-nya. Ku lihat ada banyak note yang ditulis Kirei, ku baca beberapa judul dan saat ingin membaca isi dari salah satu note-nya terdengar adzan maghrib. Akhirnya ku batalkan niatku membaca, dan ku matikan laptopku untuk bersegera menjawab panggilanNYA.
still continue.........
Sore itu Daffa teman kost-ku mendapat tamu istimewa, seorang wanita berparas ayu dengan gaya anggun namun sedikit manja memakai jilbab berwarna cerah secerah cahaya surya senja. Ku dengar Daffa menyebut namanya Shafira. Dia mengenalkan wanita itu padaku sebagai adiknya satu-satunya. Walaupun terlihat manja pada kakaknya, Shafira tetap bersikap sopan pada orang lain. Dia membawa cukup banyak oleh – oleh saat itu, katanya khusus dibuat untuk kakaknya. Aku sedikit iri melihat keakraban dua saudara itu, karena aku tidak memiliki saudara.
“Daf, adikmu masih kuliah ya?”, tanyaku pada Daffa setelah adiknya pamit pulang. “hmm…ya semester akhir sebentar lagi selesai”, jawab Daffa sambil membuka bungkusan buah tangan dari Shafira. “Sepertinya dia seorang muslimah yang terjaga juga pintar….”, lanjutku. Daffa menatapku, “maksudmu???”. “maksudku dia tahu bagaimana harus bersikap, pasti kamu bangga punya adik seperti itu”, jawabku seraya tersenyum penuh arti. “Oh..tentu ja siapa dulu kakaknya !”, Daffa terdiam sebentar lalu ”hmm, Aldi jangan bilang kalo sekarang kamu menyukai adikku…..” ujarnya dengan ekspresi penasaran. Aku hanya menjawab pertanyaannya dengan senyuman sambil berlalu ke kamarku.
Aku masih senyum – senyum sendiri mengingat ekspresi Daffa tadi, aku memang mengagumi kebersahajaan adiknya tapi….entah kenapa sebuah nama terlintas lagi dalam benakku. “Kirei”, aku tak tahu kenapa nama itu selalui menghantui ingatanku. Demi menepis keberadaannya dari benakku, ku buka laptopku dan mencoba online. Kebetulan sudah lama aku tak membuka akun facebook-ku, ternyata sudah banyak sekali notifikasi yang masuk dan ada beberapa friend request. Ku lihat daftar friend request, ada dua nama yang membuatku cukup kaget. ‘Kireina Azyan’ dan ‘Azyani Shafira’, karena penasaran ku buka profil kedua orang ini.
Profil pertama yang ku lihat, fotonya seorang wanita bersama dengan laki – laki yang sangat aku kenal. Tidak salah lagi itu adalah foto Daffa dan adiknya, langsung ku konfirmasi saja. Profil yang lainnya, seorang wanita dengan seorang anak kecil. Sebenarnya gambarnya tidak terlalu jelas karena sepertinya foto itu diambil dari jarak yang cukup jauh, tapi aku bisa pastikan wanita dalam foto itu adalah Kirei yang aku kenal beberapa bulan lalu. Ku baca lebih teliti lagi profilnya, sayangnya tak banyak informasi yang ditampilkan di sana. Aku tak tahu kenapa, ada perasaan yang aneh saat ku konfirmasi friend request-nya. Ku lihat ada banyak note yang ditulis Kirei, ku baca beberapa judul dan saat ingin membaca isi dari salah satu note-nya terdengar adzan maghrib. Akhirnya ku batalkan niatku membaca, dan ku matikan laptopku untuk bersegera menjawab panggilanNYA.
still continue.........
Selasa, 22 Maret 2011
KARENA AKU BUKAN AISYAH… (part 1)
Tak terbayangkan sebelumnya kalau perasaan itu bisa datang tiba – tiba bahkan sejak ia menghinggapi hatiku, rasa itu tak pernah pergi dari sana. Sepertinya aku mulai kalah dengan egoku sendiri. Sejak dulu aku telah mengikrarkan bahwa diriku bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta apalagi ‘love at the first sight’. Mungkin aku terlalu percaya diri mengatakan itu atau mungkin Tuhan ingin menunjukkan padaku ‘tak ada yang tak mungkin bagiNYA’.
Something in my head
Aku sedang menikmati semilir angin siang dari balik jendela kamar ketika sayup – sayup terdengar alunan lagu dari kamar sebelah…….
“ketika cinta datang dengan tiba – tiba,
apakah kita tega tuk mengingkarinya……
Jangan kau tanyakan padaku bagaimana bisa terjadi,
aku pun tak pernah meminta jatuh cinta kepadamu….”
Daffa, teman kost-ku memang sangat suka memberikan sindiran lewat lagu. Seperti siang itu, aku yakin sekali dia sengaja menyetel lagu Numata tadi untuk menyindir diriku yang sedang bingung dengan perasaanku sendiri.
Kirei, akhir – akhir ini nama itu selalu melintas dalam lamunanku. Seorang akhwat yang ku kenal sewaktu ikut seleksi program pertukaran pemuda beberapa bulan lalu. Menurutku dia sama seperti jilbaber lainnya yang tetap mencoba eksis dengan identitas kemuslimahannya. Aku cukup heran juga mengapa banyak teman cowok yang menyukainya, mungkin karena tampang imutnya yang manis itu. “Maaf aku cukup tau namanya dari kalian aja ntar, aku ga tertarik untuk ikutan kenalan langsung”, jawabku dengan cuek saat teman – teman mengajakku berkenalan dengan Kirei.
Temanku Arvi bilang, “jangan sok cuek Di, aku yakin suatu saat kamu ga bisa ngelupain dia…” seraya mengajak teman yang lain segera pergi. “mudah – mudahan keyakinanmu salah !” seruku.
Sepertinya ucapan Arvi mulai terbukti, meskipun aku tak pernah ngobrol dan bertemu langsung dengannya tapi nama Kirei selalu tersamar dalam benakku. Semakin aku mencoba menghapusnya semakin jelas terekam di ingatanku. I thought there was something in my head, something has been falling in my heart.
Memimpikan Aisyah ??
Aku sangat jarang bermimpi tapi malam tadi aku mendapat mimpi aneh (setidaknya ‘aneh’ menurutku). Dalam mimpiku aku bertaaruf dengan seorang akhwat yang tak jelas ku lihat wajahnya karena tertutup cadar, yang ku ingat dia memiliki mata bening yang tatapannya meneduhkan hatiku. Aku tidak tahu siapa dia, yang membuatku heran dia tiba – tiba berseru padaku, “maaf, aku bukan Aisyah !” kemudian berlari meninggalkanku. Namun ia kembali lagi dan berkata, “tiada kesempurnaan karena dirimu bukan Muhammad…”. Kemudian aku terbangun karena terdengar suara adzan shubuh, aku segera berwudhu dan sholat. Aku berdoa semoga mimpiku tadi bukan pertanda buruk.
“Wuah… makanya jangan terlalu terobsesi nyari wanita seperti Aisyah, Di. Jadi kebawa mimpi tuch ! Lagian zaman sekarang mana ada wanita yang seperti itu, kalau pun ada belum tentu mau sama dirimu, hehe…..”, ejek Daffa waktu aku ceritakan tentang mimpiku tadi malam. Aku jadi ikutan ketawa menyadari egoku yang terlalu tinggi, menginginkan sosok sesempurna bunda Aisyah padahal diriku belum tentu pantas mendapatkannya. “Ah, setidaknya dia bisa menjadi Aisyah untukku”, gumamku menghibur diri. Tapi siapakah Aisyahku itu???
......................................
Jumat, 11 Maret 2011
6 Rabiul Akhir 1432H
Allah Ta'ala berfirman :
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian kepada Nabi dan ucapkanlah salam kepadanya”. (Al Ahzab: 56)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassallam bersabda :
“Barangsiapa bershalawat kepadaku sekali saja, niscaya Allah akan membalasnya dengan shalawat sepuluh kali lipat.” (H.R. Al Hakim dan Ibnu Sunni, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’)
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian kepada Nabi dan ucapkanlah salam kepadanya”. (Al Ahzab: 56)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassallam bersabda :
“Barangsiapa bershalawat kepadaku sekali saja, niscaya Allah akan membalasnya dengan shalawat sepuluh kali lipat.” (H.R. Al Hakim dan Ibnu Sunni, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’)
Senin, 28 Februari 2011
10 Pertanda Dia Jodoh Kita
Allah SWT. Berfirman “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS.Muhammad :7)
Jodoh adalah hal yang sudah diatur oleh Allah yang maha Esa. Tetapi bagaimana kita mengetahui dia memang ditakdirkan untuk kita? Allah SWT menganugerahkan manusia telinga untuk mendengar, mata untuk melihat dan akal untuk berpikir. Jadi gunakan sebaik-baiknya untuk mengungkapkan rahasia cinta yang ditakdirkan. Dua manusia yang merasa mereka dapat hidup bersama dan memang dijodohkan pasti memiliki ikatan emosi, spiritual dan fisik antara keduanya. Bila bersama, masing-masing dapat merasakan kemanisan cinta dan saling membutuhkan satu sama lain. Lalu gerak hati mengatakan, dialah insan yang ditakdirkan untuk bersama. Benarkah ia seperti yang dikatakan?
Berikut adalah 10 pertanda yang menunjukkan dia adalah jodoh kita:
1. Bersahaja
Kekasih kita itu bersikap bersahaja dan tidak bersandiwara. Coba perhatikan cara dia berpakaian, cara bicara, cara tertawa serta cara makan dan minum. Apakah spontan dan tidak dibuat2 atau terlihat aneh. Kalau ia nampak kurang nyaman dengan gayanya, dapat dipastikan dia sedang bersandiwara. Tetapi, bila dia tampil bersahaja dan tidak dibuat-buat, maka dia adalah calon pasangan hidup kita yang sesuai. Jika tidak, dia mungkin bukan jodoh kita.
2. Senang Bersama
Walaupun kita selalu bersamanya, tidak ada sedikit pun perasaan bosan, jemu atau tertekan pada diri kita. Semakin hari semakin sayang kepadanya. Kita selalu tenang, gembira dan dia menjadi pengobat kesedihan kita. Dia juga merasakannya. Rasa senang sekali bila bersama. Bila berjauhan, terasa sedikit tekanan dan ada keinginan segera bertemu dengannya. Tidak siang atau malam, ketiadaannya membuat kita merasa kehilangan.
3. Menerima Kita Apa adanya
Apapun kisah silam yang pernah kita alami, dia tidak peduli. Mungkin dia tahu perpisahan dengan bekas kekasihnya sebelum ini kita yang penyebabnya. Dia juga tidak ambil pusing siapa kita sebelum ini. Yang penting, siapa kita sekarang. Biarpun dia tahu kita pernah memiliki kekasih sebelumnya, dia tidak ambil hati langsung. Yang dia tahu, kita adalah miliknya kini. Dia juga bersedia berbagi cerita masa lalunya. Tidak perlu menyimpan rahasia apabila dia sudah bersedia menjadi pasangan hidup kita.
4. Selalu Jujur
Dia tidak mempermasalahkan apa yang kita lakukan asalkan tidak menyalahi hukum agama. Sikap jujur yang diperlihatkan menarik hati kita. Kejujuran bukan hal yang dapat dibuat2. Kita bias tahu bila dia sedang membohongi kita. Selagi kejujuran bertakhta di hatinya, kebahagiaan menjadi milik kita. Bila berjauhan, kejujuran menjadi faktor paling penting bagi suatu hubungan. Bila dia tidak jujur, sulit baginya menghindari berselingkuh. Bila dia jujur, semakin hangat lagi hubungan cinta kita. Kejujuran yang disulami dengan kesetiaan membuahkan percintaan yang sejati. Jadi, dialah sebaik-baik pilihan.
5. Percaya Mempercayai
Setiap orang memiliki rahasia tersendiri. Adakalanya rahasia ini perlu dibagi supaya dapat mengurangi beban yang ditanggung. Bila kita memiliki rahasia dan ingin memberitahu kekasih, adakah rahasia kita selamat di tangannya? Bagi mereka yang berjodoh, sifat saling percaya mempercayai satu sama lain timbul dari dalam hati nurani mereka. Mereka merasa aman bila memberitahu rahasia-rahasia kepada kekasihnya dibandingkan teman-teman yang lain. Bukti cinta sejati adalah melalui kepercayaan dan kejujuran. Bahagialah orang yang mendapatkan keduanya.
6. Senang Bekerjasama
Bagi kita yang menginginkan hubungan cinta berhasil dan permanen dalam jangka waktu yang panjang, kita dan dia perlu saling bekerjasama melalui hidup ini. Kita dan kekasih perlu memberi kerjasama melakukan suatu hal apakah hal remeh atau sulit. Segala kerja yang dilakukan perlulah ikhlas untuk menolong pasangan dan meringankan tugas masing-masing. Hal paling penting, kita dan dia dapat melalui semua ini dengan melakukannya bersama. Kita dan dia juga dapat melakukan semuanya tanpa memerlukan orang lain dan kita senang melakukannya bersama. Ini penting karena ia mempengaruhi kehidupan kita di masa depan. Jika tidak kerjasama, sulit bagi kita hidup bersamanya. Ini karena, kita yang memikul beban tanggung jawab seratus persen. Bukankah ini menyusahkan?
7. Memahami Diri Kita
Bagi pasangan yang berjodoh, dia harus memahami diri pasangannya. Saat kita sakit dia bawa ke klinik. Saat kita berduka, dia menjadi penghibur. Bila kita mengalami kesusahan, dia menjadi penolong. Di kala kita sedang bicara, dia menjadi pendengar. Dia selalu bersama kita dalam segala situasi. Tidak peduli kita sedang gembira atau berduka, dia selalu ada untuk kita. Dia juga bersedia mengalami pasang surut dalam percintaan. Kata orang Melayu, "lidah sendiri lagikan tergigit", inikan pula suami isteri '. Pepatah ini juga sesuai bagi pasangan kekasih. Bila dia selalu bersama kita dalam hidup ini di kala suka dan duka, di saat senang dan susah, dialah calon yang sesuai menjadi pasangan hidup kita.
8. Tampilkan Kelemahan
Tiada siapa yang sempurna di dunia ini. Bohong, jika ada orang yang mengaku dia insan yang sempurna dari segala sudut. Pasti di kalangan kita memiliki kelemahan dan keburukan tertentu. Bagi dia yang bersedia menjadi teman hidup kita, dia tidak terlalu menyimpan rahasia kelemahannya dan bersedia memberitahu kita. Tentu saja bukan senang untuk memberitahu dan mengakui kelemahan di hadapan kekasihnya. Bahkan, dia tidak segan memamerkan keburukannya kepada kita. Misalnya, saat dia bangun tidur atau sakit dan tidak mandi dua hari, itu tidak menghalangi kita untuk menemuinya.Apabila kita dan dia saling menerima kelemahan dan sifat buruk masing-masing, memang ditakdirkan kita hidup bersamanya.
9. Kata Hati
Dengarlah kata hati. Terkadang, manusia dikaruniai Allah indra keenam yang dapat mengetahui dan memahami perasaan pasangannya. Dengan indra batin ini juga kita dapat saling tahu perasaan masing-masing. Kita dan dia juga dapat membaca pikiran satu sama lain dan dapat menduga reaksi pada situasi tertentu. Bila kita yakin dengan pilihan hidup kita, tanyalah sekali lagi. Apakah dia ditakdirkan untuk kita? Dengarlah kata hati dan buatlah pilihan. Serahkanlah segalanya pada ketentuan Yang Maha Kuasa.
10. Shalat Istikharah dan Tawakkal
Jodoh dan pertemuan semuanya di tangan Allah SWT. Manusia hanya ‘planner’ di pentas dunia ini dan skripnya ditulis oleh Yang Maha Esa. Adakalanya, dalam memainkan peran sebagai aktor, diberi petunjuk melalui mimpi atau gerak hati. Mimpi memang bunga tidur, tetapi bila kita melakukan shalat Istikharah dan memohon agar Allah memberikan petunjuk, insya-Allah dengan izinNya kita mendapat petunjukNya. Jika dia pilihan kita, buatlah keputusan sebaiknya. Jika tidak, tolaklah dia dengan baik. Semua yang kita lakukan ini adalah untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia. Setelah semuanya diusahakan, bertawakallah kepadaNya dan terus berdoa. Ingatlah, nikmat di dunia ini hanya sementara.Nikmat di akhirat adalah kekal selamanya.
Selasa, 15 Februari 2011
12 Rabiul Awwal 1432 H
Allahuma shali ala Muhammad
Ya Rabbi shali alaihi wasalim
Allahuma shali ala Muhammad
Ya Rabbi baalighul wasila
اللّÙ‡ُÙ…َّ صّÙ„ِّ عَÙ„َÙ‰ Ù…ُØَÙ…َّدٍ ÙˆَعَÙ„َÙ‰ آلِ Ù…ُØَÙ…َّدٍ ÙƒَÙ…َا صَÙ„َÙŠْتَ عَÙ„َÙ‰ Ø¥ِبْرَاهِÙŠْÙ…َ ÙˆَعَÙ„َÙ‰ آلِ Ø¥ِبْرَاهِÙŠْÙ…َ Ø¥ِÙ†َّÙƒَ ØَÙ…ِÙŠْدٌ Ù…َجِÙŠْدٌ ، اللهُÙ…َّ بَارِÙƒْ عَÙ„َÙ‰ Ù…ُØَÙ…َّدٍ ÙˆَعَÙ„َÙ‰ آلِ Ù…ُØَÙ…َّدٍ ÙƒَÙ…َا بَارَÙƒْتَ عَÙ„َÙ‰ Ø¥ِبْرَاهِÙŠْÙ…َ ÙˆَعَÙ„َÙ‰ آلِ إبْرَاهِÙŠْÙ…َ Ø¥ِÙ†َّÙƒَ ØَÙ…ِÙŠْدٌ Ù…َجِÙŠْدٌ
“Ya, Allah curahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah curahkan shalawat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, curahkanlah barakah kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah curahkan barakah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Mari selalu bersholawat pada Rasulullah Sholallahu 'alaihi wassalam.
Mari meneladani perilaku Beliau dan mengamalkan sunnahnya
Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya kelak
Amiin....
Ya Rabbi shali alaihi wasalim
Allahuma shali ala Muhammad
Ya Rabbi baalighul wasila
اللّÙ‡ُÙ…َّ صّÙ„ِّ عَÙ„َÙ‰ Ù…ُØَÙ…َّدٍ ÙˆَعَÙ„َÙ‰ آلِ Ù…ُØَÙ…َّدٍ ÙƒَÙ…َا صَÙ„َÙŠْتَ عَÙ„َÙ‰ Ø¥ِبْرَاهِÙŠْÙ…َ ÙˆَعَÙ„َÙ‰ آلِ Ø¥ِبْرَاهِÙŠْÙ…َ Ø¥ِÙ†َّÙƒَ ØَÙ…ِÙŠْدٌ Ù…َجِÙŠْدٌ ، اللهُÙ…َّ بَارِÙƒْ عَÙ„َÙ‰ Ù…ُØَÙ…َّدٍ ÙˆَعَÙ„َÙ‰ آلِ Ù…ُØَÙ…َّدٍ ÙƒَÙ…َا بَارَÙƒْتَ عَÙ„َÙ‰ Ø¥ِبْرَاهِÙŠْÙ…َ ÙˆَعَÙ„َÙ‰ آلِ إبْرَاهِÙŠْÙ…َ Ø¥ِÙ†َّÙƒَ ØَÙ…ِÙŠْدٌ Ù…َجِÙŠْدٌ
“Ya, Allah curahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah curahkan shalawat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, curahkanlah barakah kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah curahkan barakah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Mari selalu bersholawat pada Rasulullah Sholallahu 'alaihi wassalam.
Mari meneladani perilaku Beliau dan mengamalkan sunnahnya
Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya kelak
Amiin....
Senin, 14 Februari 2011
BUNGA BUKAN KUMBANG (part 2)
Diary seorang Virna
Mungkin setelah ini aku harus minta maaf pada Freddy karena telah membawa buku kecil miliknya tanpa dia tahu. Seharian itu rasanya aku malas sekali beranjak dari kamar, aku ingin membaca seluruh isi diary yang ku temukan di kamar Freddy dua hari yang lalu.
14 Feb 01, “hari ini kamu minta pendapatku tentang seorang cowok yang memintamu jadi pacarnya. Rivana, tahukah kamu hatiku merasa sakit saat kamu mengatakan hal itu padaku. Aku coba memberi berbagai alasan tapi kamu malah marah padaku itu membuatku lebih sakit, seandainya kamu mengerti kalau semua itu ku lakukan karena aku sangat sayang sama kamu”
10 Ags 01, “aku senang akhirnya aku bisa menjadi penolongmu saat tak ada seorang pun yang tahu akan kesulitanmu. Kamu penasaran bagaimana aku tahu apa yang terjadi padamu, aku tak perlu memberitahukanmu bahwa aku minta tolong seseorang untuk selalu mengabarkan keadaanmu terutama saat aku jauh dari kamu. Itu karena aku sayang kamu”
12 Des 02, “Rivana, awalnya aku senang sekali karena kita bisa satu kelas lagi di bangku SMU ini. Tapi aku sedikit kecewa karena sepertinya kamu mulai membagi perhatianmu pada orang lain. Mungkin orang lain menilaiku egois tapi harus ku akui semua hal tentang dirimu membuatku tak berdaya melawan keegoisan itu. Dan…..itu karena aku sayang padamu”
20 Sept 03, “aku lihat dirimu sudah mulai akrab dengan seorang kakak kelas yang katamu adalah tetanggamu itu, aku sedikit senang saat kamu mau mengenalkan Arie padaku. Tapi akhirnya aku jadi kecewa karena mulai hari ini kamu mulai menjauh dariku dan waktumu lebih banyak bersama si Arie itu !.....Rivana ! tahukah kalau aku yang lebih menyayangimu daripada Arie yang sok manis itu??? ”
08 Jun 04, “aku tak tahan lagi membiarkanmu semakin menjauh dariku, hari ini kebetulan ku lihat si Arie sedang berjalan sendiri di pinggir lapangan basket dan langsung saja ku hampiri dia. Aku memintanya untuk tinggalkan kamu dan kembalikan kamu padaku tapi aku tidak menyangka tiba2 kamu datang dan memotong pembicaraan kami. Akhirnya keluar juga kata2 yang menyakitkanku itu dari mulutmu, Ri. Kamu lebih memilih pergi dengannya dan meninggalkan aku. Sejak saat itu aku berpikir untuk mengalah dan pergi dari kehidupanmu tapi aku berjanji suatu saat aku kembali lagi dan membawamu kembali di sisiku….karena aku terlalu sayang padamu, Rivana”
15 Jul 04, “mungkin ini catatan terakhir dari seorang Savirna Eka Putri yang kamu kenal, Ri. Hari ini aku akan pergi ke tempat yang tak pernah kamu bayangkan dan melakukan rencana yang takkan pernah kamu pikirkan, sampai jumpa lagi Ri………”
Sampai di situ catatannya, aneh aku tidak sedikitpun terharu membaca catatan Virna melainkan rasa penasaranku semakin besar. Akhirnya aku putuskan untuk menghubungi Kak Arie untuk minta pendapatnya (tentu saja aku juga menceritakan isi diary itu padanya). Ternyata Kak Arie memberi saran yang sangat bagus. Berkat saran Kak Arie, aku menghubungi orang tua Virna (untung saja aku masih menyimpan nomor ponselnya). Aku bercerita panjang lebar tentang Freddy, Virna dan diary-nya, aku juga bertanya apakah Virna dan Freddy memiliki hubungan keluarga.
Penjelasan tante Ida (ibunya Virna) ternyata sangat mengejutkanku. Menurut tante Ida, waktu mereka memutuskan pindah ke luar kota Virna tidak bersedia ikut katanya dia lebih memilih tetap tinggal dan menjadi anak kost di kota kami. Karena kemauannya kuat lalu ortunya menyerah tuk membujuk Virna dan mengabulkan keinginannya itu. Yang membuat tante Ida sedih, sudah hampir 2 tahun Virna tak juga berkunjung ke rumah orang tuanya. Yang lebih mengejutkan lagi menurut tante Ida mereka tidak punya seorang pun family yang bernama Freddy apalagi pernah tinggal di luar negeri.
Malam itu aku tidak bisa tidur karena memikirkan semua kejadian hari ini, aku masih penasaran apa yang sebnarnya terjadi. Ku pejamkan mata mecoba membuka kembali memory tentang masa laluku saat masih bersama Virna. Kemudian ku buka lagi diary-nya, ku baca sekali dan aku mendapatkan beberapa kata yang diulangnya. Ku coba berpikir sejenak dan akhirnya aku mendapatkan sebuah jawaban yang membuat jantungku tiba2 serasa berhenti berdetak dan aku kepalaku mulai pusing hingga akhirnya ku rebahkan diri di atas tempat tidurku yang masih dipenuhi kertas2 coretanku yang tak berguna.
You are not you
Hari ini aku berniat untuk mengembalikan diary itu kepada Freddy sekaligus meminta penjelasan mengapa dia menyimpannya dan apa sebenarnya yang terjadi antara aku, dia dan Virna. Sebelumnya aku sudah memberi tahukan Kak Arie kalau hari ini tak bisa pulang bersamanya tanpa ku katakan alasanku. Kak Arie bukan orang yang suka ikut campur urusan orang lain, jadi dia tak menanyakan alasanku dia hanya berpesan padaku untuk berhati – hati dan hubungi dia saat aku butuh bantuan.
Seperti biasa Freddy selalu keluar paling akhir saat semua siswa di kelas itu sudah pulang. Aku sudah tahu kebiasaannya ini karena itu sengaja ku tunggu dia di depan pintu kelas dan saat dia melihatku segera ku cegat dia. “What’s wrong, babe?” Freddy langsung bertanya dengan sapaan sok akrabnya. “ada yang mau aku tanyakan padamu !”, jawabku. Dengan wajah penasaran dia bertanya lagi, “about what ?!”. aku tunjukkan diary itu padanya, “about THIS !”. Ku lihat jelas sekali keterkejutan di wajahnya, kemudian dia menarik tanganku sambil berseru “kita bicarakan di tempat lain !”. Aku ikut saja saat dia mengajakku naik motornya itu ke suatu tempat yang sangat aku kenal, pantai…..itu adalah tempat favoritku dan Virna saat kami butuh refreshing. Aku tak heran karena aku sudah menebaknya.
Freddy memulai pembicaraan dengan menatap tajam ke arahku. “Hmm…finally, kamu temukan juga buku itu dan aku bisa tebak pasti kamu udah baca semuanya kan? Rivana, sebenarnya temanmu Virna itu benar2 mencintai kamu tapi kamu tidak pernah menyadarinya. Saat kamu benar telah membuatnya kecewa, Virna memutuskan untuk pergi ke USA untuk membuktikan bahwa dia bisa mendapatkan tempat di hatimu. Pasti kamu ingin tahu dari mana dia membiayai perjalanan dan hidupnya di sana kan? Ri, sejak lulus SMP, Virna sudah ikut bisnis internet dan ternyata dia berhasil. Dia dapat banyak keuntungan dari bisnis online itu, dari situ pula dia mendapat teman dari banyak Negara salah satunya USA. Dia mendapat banyak informasi tentang kemajuan teknologi di sana yang dapat mewujudkan begitu banyak kenginginan manusia dari yang mungkin sampai yang menurut kita tidak mungkin. Hmm….akhirnya temanmu Virna itu pergi ke Negeri Paman Sam……”
Aku harus melangkah mundur karena dia semakin mendekat, seraya memotong penjelasannya “dan kemudian kembali ke sini dengan identitas baru kan?!”. Dia mencengkram kuat tanganku dan berkata sambil menatap tepat ke dalam mataku, “Rivana ! don’t you know semua karena dirimu?” Aku mencoba melepaskan cengkramannya tapi sangat sulit, dia lebih kuat dariku. “Freddy, Virna atau siapapun dirimu, seharusnya kamu tau bahwa kamu mungkin bisa membohongi semua orang tapi kamu tak pernah bisa membohongi Tuhan ! dan Tuhan telah membuka mataku hingga tahu semua yang kamu sembunyikan…”. Dia semakin mendekatkan wajahnya padaku, aku tak bisa menebak apa yang ada dipikirannya saat ini. Yang aku tahu aku benar – benar takut saat nafasnya terasa sangat dekat di wajahku………….
Tiba – tiba tubuhku ditarik oleh seseorang dari belakang dan seketika cengkraman tangan Freddy terlepas dari tanganku. Aku semakin takut, siapa lagi yang menarikku tanganku kini? Tiba2 ku dengar suara orang di belakangku, “sudah ku duga ini semua akan terjadi, untung masih sempat menyusul kalian ke tempat ini !”. Dan ketakutanku seketika lenyap, aku mengenal suara itu. Dia adalah Kak Arie, ku dengar dia berseru “hai Freddy sejak awal aku sudah menyadari ada sesuatu yang kamu rencanakan pada Rivana dan ternyata dugaanku tepat, maaf aku harus membawa Ri pulang dan sebaiknya kamu juga pulang…….ke rumah ortu-mu tentunya !”
“tunggu sebentar, Kak” aku menghampiri Freddy. “Vir, ku hargai perasaan sayangmu itu tapi sorry I’m a normal one and I’m sure you are not you. Sadarilah keegoisan and kesalahanmu, kembalilah ke ortu-mu. Mereka pasti mau maafin kamu”
Aku segera menyusul Kak Arie dan meninggalkan Virna sendiri di sana……… Aku masih sempat meneriakkan padanya, "bagaimanapun bunga takkan pernah bisa jadi kumbang !"
Pagi itu aku mendengarkan kabar mengejutkan, aku mendapat berita bahwa salah seorang siswa sekolah kami ditemukan tewas karena terbawa ombak laut kemarin sore. Dan saat membaca nama jenazah itu, aku tak kuasa menahan air mataku lagi…….
Mungkin setelah ini aku harus minta maaf pada Freddy karena telah membawa buku kecil miliknya tanpa dia tahu. Seharian itu rasanya aku malas sekali beranjak dari kamar, aku ingin membaca seluruh isi diary yang ku temukan di kamar Freddy dua hari yang lalu.
14 Feb 01, “hari ini kamu minta pendapatku tentang seorang cowok yang memintamu jadi pacarnya. Rivana, tahukah kamu hatiku merasa sakit saat kamu mengatakan hal itu padaku. Aku coba memberi berbagai alasan tapi kamu malah marah padaku itu membuatku lebih sakit, seandainya kamu mengerti kalau semua itu ku lakukan karena aku sangat sayang sama kamu”
10 Ags 01, “aku senang akhirnya aku bisa menjadi penolongmu saat tak ada seorang pun yang tahu akan kesulitanmu. Kamu penasaran bagaimana aku tahu apa yang terjadi padamu, aku tak perlu memberitahukanmu bahwa aku minta tolong seseorang untuk selalu mengabarkan keadaanmu terutama saat aku jauh dari kamu. Itu karena aku sayang kamu”
12 Des 02, “Rivana, awalnya aku senang sekali karena kita bisa satu kelas lagi di bangku SMU ini. Tapi aku sedikit kecewa karena sepertinya kamu mulai membagi perhatianmu pada orang lain. Mungkin orang lain menilaiku egois tapi harus ku akui semua hal tentang dirimu membuatku tak berdaya melawan keegoisan itu. Dan…..itu karena aku sayang padamu”
20 Sept 03, “aku lihat dirimu sudah mulai akrab dengan seorang kakak kelas yang katamu adalah tetanggamu itu, aku sedikit senang saat kamu mau mengenalkan Arie padaku. Tapi akhirnya aku jadi kecewa karena mulai hari ini kamu mulai menjauh dariku dan waktumu lebih banyak bersama si Arie itu !.....Rivana ! tahukah kalau aku yang lebih menyayangimu daripada Arie yang sok manis itu??? ”
08 Jun 04, “aku tak tahan lagi membiarkanmu semakin menjauh dariku, hari ini kebetulan ku lihat si Arie sedang berjalan sendiri di pinggir lapangan basket dan langsung saja ku hampiri dia. Aku memintanya untuk tinggalkan kamu dan kembalikan kamu padaku tapi aku tidak menyangka tiba2 kamu datang dan memotong pembicaraan kami. Akhirnya keluar juga kata2 yang menyakitkanku itu dari mulutmu, Ri. Kamu lebih memilih pergi dengannya dan meninggalkan aku. Sejak saat itu aku berpikir untuk mengalah dan pergi dari kehidupanmu tapi aku berjanji suatu saat aku kembali lagi dan membawamu kembali di sisiku….karena aku terlalu sayang padamu, Rivana”
15 Jul 04, “mungkin ini catatan terakhir dari seorang Savirna Eka Putri yang kamu kenal, Ri. Hari ini aku akan pergi ke tempat yang tak pernah kamu bayangkan dan melakukan rencana yang takkan pernah kamu pikirkan, sampai jumpa lagi Ri………”
Sampai di situ catatannya, aneh aku tidak sedikitpun terharu membaca catatan Virna melainkan rasa penasaranku semakin besar. Akhirnya aku putuskan untuk menghubungi Kak Arie untuk minta pendapatnya (tentu saja aku juga menceritakan isi diary itu padanya). Ternyata Kak Arie memberi saran yang sangat bagus. Berkat saran Kak Arie, aku menghubungi orang tua Virna (untung saja aku masih menyimpan nomor ponselnya). Aku bercerita panjang lebar tentang Freddy, Virna dan diary-nya, aku juga bertanya apakah Virna dan Freddy memiliki hubungan keluarga.
Penjelasan tante Ida (ibunya Virna) ternyata sangat mengejutkanku. Menurut tante Ida, waktu mereka memutuskan pindah ke luar kota Virna tidak bersedia ikut katanya dia lebih memilih tetap tinggal dan menjadi anak kost di kota kami. Karena kemauannya kuat lalu ortunya menyerah tuk membujuk Virna dan mengabulkan keinginannya itu. Yang membuat tante Ida sedih, sudah hampir 2 tahun Virna tak juga berkunjung ke rumah orang tuanya. Yang lebih mengejutkan lagi menurut tante Ida mereka tidak punya seorang pun family yang bernama Freddy apalagi pernah tinggal di luar negeri.
Malam itu aku tidak bisa tidur karena memikirkan semua kejadian hari ini, aku masih penasaran apa yang sebnarnya terjadi. Ku pejamkan mata mecoba membuka kembali memory tentang masa laluku saat masih bersama Virna. Kemudian ku buka lagi diary-nya, ku baca sekali dan aku mendapatkan beberapa kata yang diulangnya. Ku coba berpikir sejenak dan akhirnya aku mendapatkan sebuah jawaban yang membuat jantungku tiba2 serasa berhenti berdetak dan aku kepalaku mulai pusing hingga akhirnya ku rebahkan diri di atas tempat tidurku yang masih dipenuhi kertas2 coretanku yang tak berguna.
You are not you
Hari ini aku berniat untuk mengembalikan diary itu kepada Freddy sekaligus meminta penjelasan mengapa dia menyimpannya dan apa sebenarnya yang terjadi antara aku, dia dan Virna. Sebelumnya aku sudah memberi tahukan Kak Arie kalau hari ini tak bisa pulang bersamanya tanpa ku katakan alasanku. Kak Arie bukan orang yang suka ikut campur urusan orang lain, jadi dia tak menanyakan alasanku dia hanya berpesan padaku untuk berhati – hati dan hubungi dia saat aku butuh bantuan.
Seperti biasa Freddy selalu keluar paling akhir saat semua siswa di kelas itu sudah pulang. Aku sudah tahu kebiasaannya ini karena itu sengaja ku tunggu dia di depan pintu kelas dan saat dia melihatku segera ku cegat dia. “What’s wrong, babe?” Freddy langsung bertanya dengan sapaan sok akrabnya. “ada yang mau aku tanyakan padamu !”, jawabku. Dengan wajah penasaran dia bertanya lagi, “about what ?!”. aku tunjukkan diary itu padanya, “about THIS !”. Ku lihat jelas sekali keterkejutan di wajahnya, kemudian dia menarik tanganku sambil berseru “kita bicarakan di tempat lain !”. Aku ikut saja saat dia mengajakku naik motornya itu ke suatu tempat yang sangat aku kenal, pantai…..itu adalah tempat favoritku dan Virna saat kami butuh refreshing. Aku tak heran karena aku sudah menebaknya.
Freddy memulai pembicaraan dengan menatap tajam ke arahku. “Hmm…finally, kamu temukan juga buku itu dan aku bisa tebak pasti kamu udah baca semuanya kan? Rivana, sebenarnya temanmu Virna itu benar2 mencintai kamu tapi kamu tidak pernah menyadarinya. Saat kamu benar telah membuatnya kecewa, Virna memutuskan untuk pergi ke USA untuk membuktikan bahwa dia bisa mendapatkan tempat di hatimu. Pasti kamu ingin tahu dari mana dia membiayai perjalanan dan hidupnya di sana kan? Ri, sejak lulus SMP, Virna sudah ikut bisnis internet dan ternyata dia berhasil. Dia dapat banyak keuntungan dari bisnis online itu, dari situ pula dia mendapat teman dari banyak Negara salah satunya USA. Dia mendapat banyak informasi tentang kemajuan teknologi di sana yang dapat mewujudkan begitu banyak kenginginan manusia dari yang mungkin sampai yang menurut kita tidak mungkin. Hmm….akhirnya temanmu Virna itu pergi ke Negeri Paman Sam……”
Aku harus melangkah mundur karena dia semakin mendekat, seraya memotong penjelasannya “dan kemudian kembali ke sini dengan identitas baru kan?!”. Dia mencengkram kuat tanganku dan berkata sambil menatap tepat ke dalam mataku, “Rivana ! don’t you know semua karena dirimu?” Aku mencoba melepaskan cengkramannya tapi sangat sulit, dia lebih kuat dariku. “Freddy, Virna atau siapapun dirimu, seharusnya kamu tau bahwa kamu mungkin bisa membohongi semua orang tapi kamu tak pernah bisa membohongi Tuhan ! dan Tuhan telah membuka mataku hingga tahu semua yang kamu sembunyikan…”. Dia semakin mendekatkan wajahnya padaku, aku tak bisa menebak apa yang ada dipikirannya saat ini. Yang aku tahu aku benar – benar takut saat nafasnya terasa sangat dekat di wajahku………….
Tiba – tiba tubuhku ditarik oleh seseorang dari belakang dan seketika cengkraman tangan Freddy terlepas dari tanganku. Aku semakin takut, siapa lagi yang menarikku tanganku kini? Tiba2 ku dengar suara orang di belakangku, “sudah ku duga ini semua akan terjadi, untung masih sempat menyusul kalian ke tempat ini !”. Dan ketakutanku seketika lenyap, aku mengenal suara itu. Dia adalah Kak Arie, ku dengar dia berseru “hai Freddy sejak awal aku sudah menyadari ada sesuatu yang kamu rencanakan pada Rivana dan ternyata dugaanku tepat, maaf aku harus membawa Ri pulang dan sebaiknya kamu juga pulang…….ke rumah ortu-mu tentunya !”
“tunggu sebentar, Kak” aku menghampiri Freddy. “Vir, ku hargai perasaan sayangmu itu tapi sorry I’m a normal one and I’m sure you are not you. Sadarilah keegoisan and kesalahanmu, kembalilah ke ortu-mu. Mereka pasti mau maafin kamu”
Aku segera menyusul Kak Arie dan meninggalkan Virna sendiri di sana……… Aku masih sempat meneriakkan padanya, "bagaimanapun bunga takkan pernah bisa jadi kumbang !"
Pagi itu aku mendengarkan kabar mengejutkan, aku mendapat berita bahwa salah seorang siswa sekolah kami ditemukan tewas karena terbawa ombak laut kemarin sore. Dan saat membaca nama jenazah itu, aku tak kuasa menahan air mataku lagi…….
Selasa, 01 Februari 2011
PESAN CINTA
Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setetes embun yang turun dari langit, bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus, tumbuhlah oleh karena embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur, di sana akan tumbuh kesucian hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.(Hamka)
Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan.
Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan.
Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat. (Hamka)
Tanda cinta kepada Allah adalah banyak mengingat (menyebut) Nya, karena tidaklah engkau menyukai sesuatu kecuali engkau akan banyak mengingatnya. Ar Rabi’ bin Anas (Jami’ al ulum wal Hikam, Ibnu Rajab)
Aku tertawa (heran) kepada orang yang mengejar-ngejar (cinta) dunia padahal kematian terus mengincarnya, dan kepada orang yang melalaikan kematian padahal maut tak pernah lalai terhadapnya, dan kepada orang yang tertawa lebar sepenuh mulutnya padahal tidak tahu apakah Tuhannya ridha atau murka terhadapnya. Salman al Farisi (Az Zuhd, Imam Ahmad)
Sesungguhnya apabila badan sakit maka makan dan minum sulit untuk tertelan, istirahat dan tidur juga tidak nyaman. Demikian pula hati apabila telah terbelenggu dengan cinta dunia maka nasehat susah untuk memasukinya. Malik bin Dinar (Hilyatul Auliyaa’)
Engkau berbuat durhaka kepada Allah, padahal engkau mengaku cinta kepada-Nya? Sungguh aneh keadaan seperti ini. Andai kecintaanmu itu tulus, tentu engkau akan taat kepada-Nya. Karena sesungguhnya, orang yang mencintai itu tentu selalu taat kepada yang ia cintai. (A’idh Al-Qorni)
ALLAH menciptakan manusia berpasang - pasangan dihiasi dengan cinta dan kasih sayang
Tetapi cinta ini pula yang tak jarang membuat orang dililit nestapa, duka lara bahkan berperilaku hina dan nista
Cinta manakah yang benar2 membawa berkah ?
Cinta yang membawa berkah adalah cinta yang dibalut karena hati takut kepada ALLAH semata
Cinta yang membawa nista adalah cinta yang berbalut hanya dengan nafsu syahwat belaka
Waspadalah terhadap cinta yang tidak diridhoi oleh ALLAH
Pilihlah cinta yang diridhoi dan membawa kemuliaan di sisi ALLAH
(Aa Gym)
Senin, 31 Januari 2011
BUNGA BUKAN KUMBANG
Namanya Freddy, dia siswa baru di kelasku. Pindahan dari Amrik katanya. Sekilas wajahnya mengingatkanku pada sahabatku, Virna yang tiba – tiba saja pergi tanpa kabar. Menurut wali kelas kami sih, dia pindah ikut orang tuanya ke luar kota. Tapi yang membuatku kecewa dia tak pernah menceritakan sedikit pun tentang rencana kepindahannya itu padahal sudah lebih dari 5 tahun kami berteman. Seingatku tak pernah ada ‘masalah besar’ antara aku dan dia, sekali pun ada hanya pertengkaran kecil dan tidak sampai membuatku memutuskan pertemanan dengan Virna.
Kembali ke Freddy, dia baru saja masuk minggu kedua semester pertama kami di kelas XII ini. Perawakannya sedang untuk anak laki – laki seusianya, dengan penampilan sederhana dan gaya bicara campur antara Bahasa Indonesia dan English. Maklum saja katanya dia pernah 1 tahun tinggal di Amerika sebelum akhirnya kembali dan melanjutkan studi di sekolah ini. Aku tidak tahu apa alasan sebenarnya, begitu diperkenalkan sebagai siswa baru di kelas kami dia langsung memilih duduk di bangku sebelahku padahal saat itu ada tiga bangku kosong di kelas. “ I like sit di barisan depan”, katanya dengan bahasa Indonesia yang kacau waktu aku tanya mengapa memilih bangku di sebelahku. Kebetulan memang aku duduk di depan berseberangan langsung dengan meja guru. “duduk di depan itu akan more focus !” lanjutnya. Ah…..aku tidak terlalu peduli dengan kata – katanya. Ingatanku kembali ke beberapa tahun silam saat Virna msih di sini.
Sahabatku Virna
Aku dan Virna sudah berteman sejak kami masuk SMP yang sama. Dia adalah anak yang selalu ceria dan selalu siap membantuku kapan pun aku memerlukan bantuan. Hal yang paling membuatku terkesan, suatu hari aku pernah hampir tidak bisa pulang karena hujan deras dan ternyata aku tidak bawa uang sama sekali untuk ongkos. Aku tidak tahu siapa yang memberitahukannya, tiba – tiba saja Virna datang bersama sopirnya untuk menjemputku padahal saat itu dia masih sangat lelah karena baru saja sampai dari luar kota. “feeling aku ke kamu tuch kuat banget, Ri !”, begitu jawabnya waktu aku tanya bagaimana dia bisa tahu kalau diriku terjebak sendiri di gedung sekolah itu. Sejak peristiwa itu aku semakin mengagumi dia dan selalu percaya padanya. Ku akui dia sangat perhatian bahkan sampai menjadi ‘over protective’ terhadapku.
Seingatku pernah dua kali kami bertengkar karena masalah yang sama. Jadi ceritanya ada seorang teman cowok yang menyukaiku dan memintaku jadi pacarnya. Sebagai sahabat, aku meminta pendapat Virna tentang hal itu. Seketika ekspresinya memperlihatkan ketidak sukaannya. Benar saja, sejurus kemudian dia mengatakan hal – hal jelek tentang cowok itu. Aku tidak mengerti dengan sikapnya padahal kami sama – sama tahu kalau cowok tadi tidak sejelek yang dikatakannya. Terang saja aku berpikir kalau si Virna juga menyukai cowok itu karena tingkahnya terlihat seperti orang yag sedang cemburu. Akhirnya aku mengalah saja karena tidak ingin melanjutkan pertengkaran.
Hal yang paling membuatku heran, dia selalu terlihat tidak senang setiap kali ada teman cowok yang akrab denganku. Aku memaklumi kalau sebagai sahabat kami saling berbagi tapi menurutku tidak sewajarnya saling ikut campur urusan pribadi masing – masing.
Pertengkaran terakhirku dengan Virna baru saja terjadi sekitar 6 bulan lalu. Masalahnya adalah aku sudah jarang bersama – sama dia sejak aku dekat dengan seorang kakak kelas. Ya…aku lebih sering terlihat bersama Kak Arie tapi itu karena rumah kami satu komplek dan dia juga sering membantuku untuk hal – hal yang tidak bisa dilakukan cewek sepertiku.
Hari itu sepulang sekolah aku melihat dari kejauhan Virna sedang berbicara serius dengan Kak Arie. Aku yang penasaran segera mendekati mereka dan langsung bertanya, “Vir, Kak Arie ada apa ni?”. Kak Arie yang baru menyadari kehadiranku di sana segera mendekatiku seraya berkata, “Ri, sahabatmu memintaku untuk menjauhimu”. Aku terkejut mendengar hal itu, “ Kenapa Vir, apa salah Kak Arie ke kamu? Untuk apa kamu melakukan ini semua?” cercahku dengan penuh kekesalan. Sejenak dia menatapku, ada perasaan aneh yang ku rasa saat tatapan kami bertemu. Semenit kemudian Virna berujar, “karena aku sayang sama kamu Ri. Aku tidak mau kamu terluka, semua cowok tuch sama hanya akan menyakiti”
“Maaf Vir, menurutku kamu sudah over protective. Apa yang kamu pikirkan sudah tidak masuk akal. Kalau kamu tidak suka dengan seorang cowok, kenapa harus semua cowok yang menjadi temanku yang kamu benci?”. “Tapi Ri….”, belum sempat dia menyelesaikan ucapannya aku segera menarik Kak Arie untuk pergi dari situ. Dari sudut mataku, aku masih bisa melihat kemarahan Virna.
Sejak pertengkaran terakhir kami, aku tak pernah melihat Virna lagi, pun saat pembagian rapor kenaikan kelas yang datang mengambil rapornya hanya sopirnya. Aku baru tahu dari Bu guru saat masuk di kelas baru bahwa Virna sudah pindah ke luar kota tapi dia tak memberitahukan ke mana. Aku pikir mungkin dia benar – benar ingin menghindariku sejak itu.
Freddy itu………
Tidak terasa hampir satu semester berlalu dan pertemananku semakin akrab dengan Freddy. Dia anak yang menarik, dia suka menceritakan tentang negeri Paman Sam kepadaku. Dia juga mengajarkanku ‘English gaul’ nya di sana. Ternyata Freddy di sini tinggal sendiri, jadi anak kost. Ortunya masih di luar negeri katanya. Ada satu hal yang membuatku penasaran, ternyata bukan hanya kepribadiannya yang mengingatkanku pada Virna sahabatku dulu tapi juga sikapnya pada Kak Arie. Dia terlihat tidak senang waktu aku kenalkan mereka berdua. Dan lebih mengherankan lagi, Kak Arie menganjurkan padaku untuk tidak terlalu akrab dengan Freddy, kata Kak Arie sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan si Freddy itu. Namun aku tidak terlalu mempedulikan kekhawatirannya itu.
Suatu hari aku, Lisa, Meta dan Riki (mereka adalah teman – teman sekelasku) berkesempatan ke kost Freddy untuk mengerjakan tugas kelompok. Rumah itu cukup sederhana berbentuk memanjang dan terdiri atas kamar – kamar yang saling berhadapan yang dipisah oleh sebuah lorong. Di ujung lorong terdapat satu ruang yang cukup besar yang difungsikan sebagai dapur yang di sebelahnya ada 2 kamar mandi.
Kebetulan kamar Freddy ada di deretan paling luar, kamar itu berukuran 3 x 3 meter dan tertata rapi (ya…rapi untuk standar kamar cowok !). hanya ada satu tempat tidur, lemari dan meja kecil di sana. Freddy membiarkan kami menunggu di kamarnya yang nyaman itu sementara dia ke toko kecil di dekat sana untuk membeli beberapa makanan. Ku lihat teman – temanku mulai asyik membongkar tumpukan komik yang ada di atas tempat tidur sedangkan aku, mataku langsung tertuju pada sebuah diary yang terselip antara kertas – kertas di atas meja kecil di sudut ruangan. Aneh menurutku, tidak biasanya anak cowok suka menulis diary.
Ku coba ambil buku kecil itu dan ku buka, selembar foto terjatuh dari balik lembarannya. Aku pungut dan betapa terkejutnya saat ku lihat di foto itu adalah aku dan Virna saat masih akrab dulu. Di belakang foto itu masih tertulis tanggalnya, “September ceria ^_^ 3/9/02”. Aku ingat itu foto kami saat baru lulus SMP dulu. Penasaran, akhirnya aku baca halaman pertama diary itu. Keterkejutanku berlanjut, di situ tertulis nama pemiliknya : SAVIRNA EKA PUTRI………
to be continued >>>
Kembali ke Freddy, dia baru saja masuk minggu kedua semester pertama kami di kelas XII ini. Perawakannya sedang untuk anak laki – laki seusianya, dengan penampilan sederhana dan gaya bicara campur antara Bahasa Indonesia dan English. Maklum saja katanya dia pernah 1 tahun tinggal di Amerika sebelum akhirnya kembali dan melanjutkan studi di sekolah ini. Aku tidak tahu apa alasan sebenarnya, begitu diperkenalkan sebagai siswa baru di kelas kami dia langsung memilih duduk di bangku sebelahku padahal saat itu ada tiga bangku kosong di kelas. “ I like sit di barisan depan”, katanya dengan bahasa Indonesia yang kacau waktu aku tanya mengapa memilih bangku di sebelahku. Kebetulan memang aku duduk di depan berseberangan langsung dengan meja guru. “duduk di depan itu akan more focus !” lanjutnya. Ah…..aku tidak terlalu peduli dengan kata – katanya. Ingatanku kembali ke beberapa tahun silam saat Virna msih di sini.
Sahabatku Virna
Aku dan Virna sudah berteman sejak kami masuk SMP yang sama. Dia adalah anak yang selalu ceria dan selalu siap membantuku kapan pun aku memerlukan bantuan. Hal yang paling membuatku terkesan, suatu hari aku pernah hampir tidak bisa pulang karena hujan deras dan ternyata aku tidak bawa uang sama sekali untuk ongkos. Aku tidak tahu siapa yang memberitahukannya, tiba – tiba saja Virna datang bersama sopirnya untuk menjemputku padahal saat itu dia masih sangat lelah karena baru saja sampai dari luar kota. “feeling aku ke kamu tuch kuat banget, Ri !”, begitu jawabnya waktu aku tanya bagaimana dia bisa tahu kalau diriku terjebak sendiri di gedung sekolah itu. Sejak peristiwa itu aku semakin mengagumi dia dan selalu percaya padanya. Ku akui dia sangat perhatian bahkan sampai menjadi ‘over protective’ terhadapku.
Seingatku pernah dua kali kami bertengkar karena masalah yang sama. Jadi ceritanya ada seorang teman cowok yang menyukaiku dan memintaku jadi pacarnya. Sebagai sahabat, aku meminta pendapat Virna tentang hal itu. Seketika ekspresinya memperlihatkan ketidak sukaannya. Benar saja, sejurus kemudian dia mengatakan hal – hal jelek tentang cowok itu. Aku tidak mengerti dengan sikapnya padahal kami sama – sama tahu kalau cowok tadi tidak sejelek yang dikatakannya. Terang saja aku berpikir kalau si Virna juga menyukai cowok itu karena tingkahnya terlihat seperti orang yag sedang cemburu. Akhirnya aku mengalah saja karena tidak ingin melanjutkan pertengkaran.
Hal yang paling membuatku heran, dia selalu terlihat tidak senang setiap kali ada teman cowok yang akrab denganku. Aku memaklumi kalau sebagai sahabat kami saling berbagi tapi menurutku tidak sewajarnya saling ikut campur urusan pribadi masing – masing.
Pertengkaran terakhirku dengan Virna baru saja terjadi sekitar 6 bulan lalu. Masalahnya adalah aku sudah jarang bersama – sama dia sejak aku dekat dengan seorang kakak kelas. Ya…aku lebih sering terlihat bersama Kak Arie tapi itu karena rumah kami satu komplek dan dia juga sering membantuku untuk hal – hal yang tidak bisa dilakukan cewek sepertiku.
Hari itu sepulang sekolah aku melihat dari kejauhan Virna sedang berbicara serius dengan Kak Arie. Aku yang penasaran segera mendekati mereka dan langsung bertanya, “Vir, Kak Arie ada apa ni?”. Kak Arie yang baru menyadari kehadiranku di sana segera mendekatiku seraya berkata, “Ri, sahabatmu memintaku untuk menjauhimu”. Aku terkejut mendengar hal itu, “ Kenapa Vir, apa salah Kak Arie ke kamu? Untuk apa kamu melakukan ini semua?” cercahku dengan penuh kekesalan. Sejenak dia menatapku, ada perasaan aneh yang ku rasa saat tatapan kami bertemu. Semenit kemudian Virna berujar, “karena aku sayang sama kamu Ri. Aku tidak mau kamu terluka, semua cowok tuch sama hanya akan menyakiti”
“Maaf Vir, menurutku kamu sudah over protective. Apa yang kamu pikirkan sudah tidak masuk akal. Kalau kamu tidak suka dengan seorang cowok, kenapa harus semua cowok yang menjadi temanku yang kamu benci?”. “Tapi Ri….”, belum sempat dia menyelesaikan ucapannya aku segera menarik Kak Arie untuk pergi dari situ. Dari sudut mataku, aku masih bisa melihat kemarahan Virna.
Sejak pertengkaran terakhir kami, aku tak pernah melihat Virna lagi, pun saat pembagian rapor kenaikan kelas yang datang mengambil rapornya hanya sopirnya. Aku baru tahu dari Bu guru saat masuk di kelas baru bahwa Virna sudah pindah ke luar kota tapi dia tak memberitahukan ke mana. Aku pikir mungkin dia benar – benar ingin menghindariku sejak itu.
Freddy itu………
Tidak terasa hampir satu semester berlalu dan pertemananku semakin akrab dengan Freddy. Dia anak yang menarik, dia suka menceritakan tentang negeri Paman Sam kepadaku. Dia juga mengajarkanku ‘English gaul’ nya di sana. Ternyata Freddy di sini tinggal sendiri, jadi anak kost. Ortunya masih di luar negeri katanya. Ada satu hal yang membuatku penasaran, ternyata bukan hanya kepribadiannya yang mengingatkanku pada Virna sahabatku dulu tapi juga sikapnya pada Kak Arie. Dia terlihat tidak senang waktu aku kenalkan mereka berdua. Dan lebih mengherankan lagi, Kak Arie menganjurkan padaku untuk tidak terlalu akrab dengan Freddy, kata Kak Arie sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan si Freddy itu. Namun aku tidak terlalu mempedulikan kekhawatirannya itu.
Suatu hari aku, Lisa, Meta dan Riki (mereka adalah teman – teman sekelasku) berkesempatan ke kost Freddy untuk mengerjakan tugas kelompok. Rumah itu cukup sederhana berbentuk memanjang dan terdiri atas kamar – kamar yang saling berhadapan yang dipisah oleh sebuah lorong. Di ujung lorong terdapat satu ruang yang cukup besar yang difungsikan sebagai dapur yang di sebelahnya ada 2 kamar mandi.
Kebetulan kamar Freddy ada di deretan paling luar, kamar itu berukuran 3 x 3 meter dan tertata rapi (ya…rapi untuk standar kamar cowok !). hanya ada satu tempat tidur, lemari dan meja kecil di sana. Freddy membiarkan kami menunggu di kamarnya yang nyaman itu sementara dia ke toko kecil di dekat sana untuk membeli beberapa makanan. Ku lihat teman – temanku mulai asyik membongkar tumpukan komik yang ada di atas tempat tidur sedangkan aku, mataku langsung tertuju pada sebuah diary yang terselip antara kertas – kertas di atas meja kecil di sudut ruangan. Aneh menurutku, tidak biasanya anak cowok suka menulis diary.
Ku coba ambil buku kecil itu dan ku buka, selembar foto terjatuh dari balik lembarannya. Aku pungut dan betapa terkejutnya saat ku lihat di foto itu adalah aku dan Virna saat masih akrab dulu. Di belakang foto itu masih tertulis tanggalnya, “September ceria ^_^ 3/9/02”. Aku ingat itu foto kami saat baru lulus SMP dulu. Penasaran, akhirnya aku baca halaman pertama diary itu. Keterkejutanku berlanjut, di situ tertulis nama pemiliknya : SAVIRNA EKA PUTRI………
to be continued >>>
Kamis, 06 Januari 2011
SADARKAN AKU
Setiap detik yang berlalu
Menghitung diriku bertanya padaku
Akankah sia – sia
Bila akhir waktu datang memanggilku
KAU jagalah, lindungilah, selamatkan aku
Itulah bait – bait lagu “Taqwa” dari Opick yang mengiringi istirahatku siang ini . Ya, hari ini banyak waktu luangku di kantor, karena pekerjaan hari ini tidak banyak. Di sela – sela waktu itu aku mencoba browsing dan membaca artikel di dalam blog seorang teman. Tiba – tiba aku mataku tertuju pada sebuah cerita sederhana. Ceritanya membawa ingatanku kembali ke masa lalu saat diriku baru masuk kuliah.
Semangat Islam
Semasa kuliah dulu aku pernah iseng – iseng ikutan teman jadi anggota salah satu UKM (unit kegiatan mahasiswa) di kampus. Kebetulan UKM yang aku ikuti itu adalah UKM keagamaan (ya…sejenis ekskul RISMA lah kalo jaman sekolah dulu). Awalnya sich agak bosan juga, apalagi ngelihat mbak – mbak yang jadi pengurusnya itu pada pakai jilbab lebar dan abaya, kesannya ‘exclusive’ gitu.
Semakin sering ikut pertemuan dan kegiatan di UKM itu, aku jadi semakin berminat dan akhirnya sedikit demi sedikit ku perbaiki penampilanku yang dulu suka semaunya (ya…..ku pikir yang penting nyaman, ga tau itu syar’i atau ga). Aku mulai lebih suka pake rok panjang yang agak ‘gombrong’ (hmm….ga ikutan pake abaya seperti mbak – mbak senior itu soalnya ngerasa aneh ja kalo diriku pake pakaian kayak gitu) dan lebih suka pake jilbab yang menutup dada (walaupun ga se’gombrong’ jilbab mbak-mbak tadi). Aku mulai terbiasa dengan sapaan ‘ukhti’ atau panggilan ‘akhwat’.
Wah, pada waktu itu rasanya bahagia sekali bisa mendalami dan lebih memahami agama (tentu aja agama Islam) juga punya teman – teman yang sholeh dan sholehah. Aku juga merasa ada ketenangan hati saat bisa menghafalkan beberapa ayat dari Alquran dan mempelajarinya. Intinya, saat itu diriku benar – benar bersemangat memperbaiki diri dan menjadi islami.
Masa telah berganti
Masa – masa indah saat berkumpul bersama teman – teman ‘akhwat’ itu telah berlalu. Sekarang aku berada di masa dan lingkungan yang sangat jauh berbeda dengan masa itu. Aku masuk di dunia kerja yang penuh dengan permasalahan yang lebih berfokus pada kesuksesan dunia. Bahkan terkadang membuat orang lupa pada Sang Pemilik Hidup ini. Cukup sulit bagiku untuk tetap bertahan pada idealisme yang masih ada dalam diri ini.
Akhirnya aku yang harus beradaptasi dengan lingkungan. Aku mulai merasakan penampilan dan pergaulanku sedikit demi sedikit berubah, sampai gaya bahasa pun ikut – ikutan bahasa gaul yang sebenarnya menurutku malah ‘sok gaul’ sich.
Tidak lagi ku dengar istilah – istilah akhi, ukhti, antum, jazakallah, liqo, dan kata – kata serapan bahasa Arab lainnya. Masih beruntung aku tidak sepenuhnya mengikuti keadaan itu dan aku masih punya teman – teman akhwat yang senasib denganku yang masih saling mengingatkan.
Aku benar – benar merindukan diriku yang dulu, teman – temanku yang sholehah itu, dan semangat mengaplikasikan sunah – sunah dalam ajaran agamaku setiap hari. Rasanya tidak mudah untuk mengajak orang lain seperti apa yang ku harapkan (diriku di sini masuk golongan minoritas !).
Doaku seperti bait lagu Opick tadi, KAU jagalah, lindungilah, selamatkan aku.
Langganan:
Postingan (Atom)