Rabu, 13 Oktober 2010

mutiara islam hari ini

Waman yattaqillah yaj Allahu makhrajan wayar zuqhuu min haitsu laa yahtasib
"barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka - sangka" (QS. At Thalaaq : 2-3)

man ahabba lillah wa abghadla lillah wa a'taa lillah wamana'a lillah faqadis takmalal iimaan
"barang siapa yang cinta karena Allah, benci karena Allah, memberi karena Allah dan bersikap kikir karena Allah, maka sungguh imannya telah sempurna" (HR. Abu Daud)

- KETAKUTANKU -

aku takut untuk memanggilmu,
karena aku takut kau merasa terusik

aku takut untuk bercerita padamu,
karena aku takut kau akan mengacuhkanku

aku takut untuk mendekatimu,
karena aku takut kau akan menjauh dariku

aku takut selalu bersamamu
karena aku takut ku kan selalu membutuhkanmu
karena aku takut akan bergantung padamu
karena aku takut terbiasa denganmu

aku takut menjadi terbiasa ada kamu
karena aku takut tak mampu tanpamu
karena aku takut jatuh hati padamu

aku takut jatuh hati padamu
karena aku merasa tak pantas untukmu
karena aku mungkin bukan yang kau inginkan

tapi.......
aku tak bisa menjauhimu
aku tak bisa menghindarimu
karena aku tahu.....
aku di sini untuk buatmu tersenyum

katakan saja, kau tak butuh aku
maka aku akan menghilang darimu

CINTA ITU APA??? (part two)

Masih dia???
Akhirnya aku meneruskan studiku ke pulau seberang. Aku masuk fakultas komputer di salah satu perguruan tinggi swasta terkenal di Jawa Tengah. Sayangnya, pada tahun itu hanya aku satu – satunya dari sekolahku yang melanjutkan kuliah ke Semarang. Kebanyakan teman – temanku memutuskan ke Bandung, Jogja, Padang dan Bogor. Jadi aku benar – benar kehilangan kontak dengan teman – teman lamaku.

Aku mengenal banyak orang baru di kampus dan menjalani kehidupan di sana dengan lancar. Di antara sekian banyak teman laki – laki di kampusku, ada beberapa yang sangat dekat bahkan menaruh hati padaku. Tapi aku tak tahu kenapa, setiap kali ada cowok yang mengutarakan perasaannya padaku, selalu yang terlintas di pikiranku nama Putra (Oh God, aku masih kepikiran dia !)

Aku ga bisa menerima cowok –cowok itu bukan karena aku ga suka dengan mereka tapi karena aku tak pernah melupakan Putra. Sepertinya benar yang dulu pernah dikatakan sobatku Tari, aku benar – benar sudah jatuh hati pada ‘orang aneh’ itu.
Cinta??? Apa itu yang sering disebut orang “cinta”? aku tak mengerti. Huh ! aku jadi kesal pada diri sendiri, kenapa aku tak bisa lupakan ‘orang aneh’ itu. Aku coba menyibukkan diri dengan kuliahku dan ternyata aku berhasil melupakan dia hingga selesai studi s-1 ku.

Setelah lulus kuliah aku mencoba melamar pekerjaan di seputaran pulau Jawa hingga akhirnya dapat panggilan di sebuah perusahaan asing yang bergerak di bidang ekspor produk pertanian unggulan (ex : kopi, teh, jagung, dll). Sayang belum genap sebulan aku di sana, aku harus memenuhi panggilan orang tuaku untuk pulang ke tempat asal.

Kejadian Tak Terduga
Pada akhirnya aku pulang kampung juga dan mencoba ikut tes cpns yang disarankan oleh orang tuaku. Sebenarnya aku sendiri tidak terlalu berminat jadi ‘civil servant’ namun ku pikir apa salahnya, hitung – hitung menyenangka hati ortu. Setelah pelaksanaan tes ternyata pengumuman hasilnya cukup lama juga. Selagi mengisi waktu menunggu hasil tes, aku mengunjungi teman – teman lama yang masih ada di daerahku ini.

Bertemu dengan teman – teman lama membangkitkan kembali memori masa lalu. Hingga suatu saat aku menanyakan pada seorang sahabat tentang Putra. Saat yang sama, aku juga dihubungi oleh teman lama yang sudah 12 tahun lebih tak bertemu, ya dia adalah teman masa kecilku yang pindah ke luar kota saat lulus sekolah dasar. Benar – benar suatu hal yang luar biasa kami bisa berkomunikasi lagi setelah bertahun – tahun sama sekali tak ada kabar. Kemudian kami sering ‘contact’ melalui hp, saling berbagi cerita.

Sementara itu aku masih berbagi kabar tentang Putra dengan sohibku yang juga sohibnya Putra. Suatu hari aku mendapat sms pertanyaan yang membuat aku bingung, “mana yang lebih baik dicintai atau mencintai?” begitu lah isi smsnya. Seandainya itu dari orang yang mungkin tidak ku kenal, akan kuabaikan saja. Tapi ternyata yang mengirim sms itu adalah Putra !. Setelah pesan singkatnya itu kami jadi sering berbagi cerita baik lewat sms maupun telepon. Akhirnya hubungan kami pun semakin akrab dan itu membuatku merasakan ada sesuatu antara kami.

Di saat yang sama teman masa kecilku yang masih terus menghubungiku mengatakan akan datang ke rumahku karena benar – benar ingin bertemu. Seandainya rumahnya masih satu kota denganku aku tidak begitu kaget tapi rumahnya di ujung barat pulau Sumatra sedangkan aku berada ujung selatannya, perlu dua kali penerbangan dari sana ke tempatku. Betapa niatnya dia kalau hanya sekedar untuk bertemu.

Akhir kisah itu
Putra pernah berjanji dia akan berkunjung ke rumah pada idul fitri dan setelahnya. Namun kenyataannya dia seperti hilang ditelan bumi, tak pernah lagi ada kabarnya. Aku kehilangan kontak lagi dengannya. Akhirnya aku ikhlskan saja dan tidak mencari kabarnya lagi. Aku berusaha melupakan semua yang pernah dia janjikan dulu. Aku pikir emang lebih baik berteman seperti biasa.

Beberapa hari kemudian aku dihubungi oleh teman lamaku, dia mengabarkan kalau dia sudah berada di kotaku saat itu. Hal itu benar – benar mengejutkan bagiku dan ternyata dia benar – benar ke rumahku. Dia minta ditemani keliling kota tapi aku menolak, entahlah waktu itu aku rasanya tidak antusias bertemu dengannya. Dia hanya tiga hari di kotaku tapi aku selalu tidak bisa menemaninya jalan – jalan karena aku merasa ada sesuatu yang dia sembunyikan.
Akhirnya pada hari terakhir dia mengungkapakan bahwa dia menyukaiku dan ingin punya hubungan serius denganku. Sayangnya aku tidak bisa membalas perasaannya itu karena bagiku dia tetap teman biasa, aku tak bisa memberi harapan lebih padanya. Bahkan pada hari kepulangannya kembali ke kotanya, aku tidak bisa mengantarkan ke bandara. Dia masih menelpon untuk menanyakan keyakinanku sebelum dia naik pesawat, aku tetap mengatakan ‘tidak bisa, maaf’. Dan akhirnya dia pulang dengan kecewa.
Setelah kepulangannya kembali ke kampong halamannya, tidak pernah lagi dia menghubungiku, aku juga tak pernah menghubunginya.

Satu hal yang aku simpulkan dari semua yang ku alami, karena cinta persahabatan bisa hilang. Aku merasa telah kehilangan dua orang sahabat, hanya karena ada perasaan yang lain dalam hubungan itu. Sekarang bagiku sampai kapan pun aku takkan menaruh rasa lebih pada sebuah persahabatan.

Sabtu, 17 Juli 2010

ARTI HADIRNYA

Ku terpaku saat melihatnya
Ingin ku sapa namun tak semudah biasa
Gerangan apa tiada kata yang mampu ku cipta
Diam, lalu ku coba palingkan pandang

Tanya melintas dalam benakku
Apa yang tersimpan pada dirinya
Apa yang Tuhan ingin ku lakukan
Seakan sesuatu menarikku
Untuk tahu dia, arti hadirnya

Sayang egoku menarikku menjauh
Ku tulis kata ‘tak mungkin’ dalam ruang benakku
Namun kalbu membuka ruang lain yang indah
Takkan mampu ku melawannya

Dan ku temukan keindahan itu
Saat ku lihat sebuah senyuman
Ya, senyumannya adalah keindahan
Dan ku biarkan sang waktu menuntun
Sampai akhirnya ku tahu
Arti keindahan itu, arti hadirnya dalam waktuku

(*dedicated to seorg teman/sahabat/seseorg yg sangat berarti dlm hdpku*)
(*thanks 4 everything u've done to me ^_^)

Kamis, 24 Juni 2010

CINTA ITU APA??? (part one)

Aku tidak tahu dari mana akan memulai karena aku tak punya kisah menarik yang bisa diceritakan pada siapa pun. Mungkin dalam kisah ini tiada yang menarik, hanya saja mungkin ini satu - satunya caraku tuk melepas semua ketidak nyamanan dalam diriku.

Ini tentang suatu perasaan, perasaan yang tidak pernah bisa aku mengerti dan selalu tak pernah bisa ku tunjukkan. Perasaan yang selalu membuatku tak nyaman karena selalu mencari cara tuk menutupinya. Karena aku terlalu penakut atau mungkin karena aku sulit untuk percaya pada orang lain hingga aku tak pernah bisa mengungkapkannya pada seorang pun, hanya Tuhan saja yang tahu apa yang ku sembunyikan.

Perasaan yang tertinggal

Waktu itu aku masih SMU dan masih ingin menjalin banyak persahabatan dengan siapa pun. Sementara teman – teman lain sudah banyak yang membicarakan masalah cinta bahkan beberapa di antara mereka ada yang sudah berpacaran sejak masih di SMP. Di antara sekian banyak teman, ada seorang teman cowok yang sering kali ribut denganku (dan aku sudah mengenalnya sejak kami masih SMP dulu). Kami sering terlibat perdebatan tentang apa pun, dia sangat senang bila akhirnya aku kalah dalam perdebatan dengannya dan tentu saja itu membuatku kesal.

Hampir setiap hari dia mengajakku berdebat, dia selalu saja ada cara untuk membuatku membalas ‘ide – ide gila’nya. Putra, begitu teman – teman biasa memanggilnya tapi karena tingkahnya yang sering membuatnya kesal, aku memanggilnya ‘orang aneh’ (hmm…atau dia juga berpikir aku ‘aneh’ ya?).

Karena seringnya ribut, banyak teman yang mengira kalau hal itu hanya untuk menutupi hubungan kami yang sebenarnya. Awalnya aku tidak begitu mempedulikan apa yang dikatakan teman – teman karena aku tahu tidak mungkin diriku menyukai ‘orang aneh’ seperti dia dan aku yakin dia juga sama sepertiku. Lagipula waktu itu baru tahun kedua di SMU jadi aku belum mengerti tentang perasaan saling suka itu.

Perasaan itu baru ku sadari setelah memasuki akhir tahun ketiga di sekolah. Saat itu kami sudah akan lulus dan mulai sibuk dengan tujuan masing – masing untuk segera lulus dan melanjutkan pendidikannya menurut pilihan sendiri. Aku mulai merasa ada yang kurang bila tidak bertemu dengannya sehari saja. Ya, mungkin aku merindukan tingkah – tingkah anehnya atau juga karena sudah terbiasa ada dia di dekatku.

Teman akrabku, Tari menyadari sikapku ini. “Wi, aku tahu kamu pasti lagi kangen sama Putra. Kamu ga perlu bohongi aku, aku bisa melihat di matamu”, begitu kata Tari suatu hari. Tapi aku tetap saja tidak bisa mengatakan apa yang ku rasa karena aku juga masih bingung dengan perasaanku sendiri, “Ri, kamu ada – ada aja ! ga mungkin lah aku mikirin ‘orang aneh’ itu. Aku malah nyaman klo dia ga da dekatku, jadi ga da yang ganggu lagi kan?” begitu jawabku. Tari menatap padaku lalu berujar, “Wi, mungkin kamu bisa pura – pura di depan orang lain tapi kamu ga kan bisa bohongi hatimu sendiri. Sebentar lagi kita semua akan segera lulus dan pergi mengejar cita – cita masing – masing. Aku juga ga tau apa kita akan ketemu lagi atau ga. Jangan sampai ada penyesalan di hatimu kelak”.

Dan kenyataannya aku tetap menyangkal semua yang dikatakan Tari. Sampai akhirnya kami pergi meneruskan pendidikan ke tempat pilihan masing – masing. Dan hingga saat itu pun aku tak pernah bertemu apalagi terlibat pembicaraan dengan ‘orang aneh’ itu.

berlanjut ke PART TWO.........

Rabu, 17 Maret 2010

TASTELESS



i know since first time i saw you
i feel the beautifulness
that sweety smile blow me
like a mild whisper lead me

i know since beginning
here would be the rain
shower my careless so bad
i'm in pretend to don't know

and i know i've waste my chance
sadness being the meaning of my dream
now, i only give untasted smile
i don't know if happiness is sorrow
cause that smiling face not with me

i never play with faith
but the faith play me on
now, that blue feeling turn off
and would never give a taste again

Rabu, 10 Maret 2010

CRAZY


Dari dulu aku paling ngeri dengan orang gila yang suka mengamuk tanpa sebab. Ya, rumahku dulu dekat dengan Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Jadi kadang – kadang terlihat orang gila yang lepas dari pengawasan berkeliaran di sekitar rumah penduduk.

Tamu Tak Diundang

Biasanya kalau mendengar istilah ‘Tamu Tak Diundang’ yang terlintas di benak kita adalah maling atau tukang kredit, nah kalau peristiwa yang dialami tetanggaku ini lain lagi.
Pernah suatu hari ada seorang pria yang tiba – tiba datang ke rumah tetanggaku dan tanpa permisi dia ikut duduk di samping anak tetangga yang sedang nonton televisi, mereka (tetanggaku itu) tidak menyadari kehadiran orang asing itu sampai anaknya yang paling kecil tiba – tiba bertanya pada ayahnya, ”Yah, oom itu siapa? Kenapa ikutan nonton sama kita?”. Sang ayah terkejut sekali sambil melihat pria asing yang hanya senyum – senyum ke arahnya itu.
Kemudian si ayah bertanya, “hei, kamu siapa? Kenapa masuk rumah orang ga bilang – bilang?”. Pria asing itu tidak menjawab. Dia malah tertawa – tawa lalu tanpa permisi mencomot coklat yang sedang dimakan oleh anak bungsu tetanggaku itu. Mereka yang sedang menonton televisi semua terheran – heran lalu tersadar bahwa lelaki itu adalah salah seorang pasien RSJ yang lepas. Akhirnya sang ayah memberanikan diri mengusirnya. Ya, seperti kita tahu orang gila tidak mempan dimarah – marah atau pun diusir. Jadi tetanggaku itu butuh waktu yang lama walau pun pada akhirnya pria gila itu memang pergi.

Kehebohan di Sekolah

Dulu sewaktu aku masih sekolah di SMP, ada peristiwa yang paling menghebohkan tidak cuma sekolah kami tapi menghebohkan sekota. Peristiwa itu merupakan peristiwa paling mengerikan bagiku apalagi aku emang takut dengan yang disebut orang gila.
Sebenarnya sekolahku yang dulu tidak berdekatan dengan Rumah Sakit Jiwa tapi ada seorang warga sekitar yang mengidap “penyakit gila akut” yang kadang – kadang suka mengamuk aku lupa warga sekitar memanggilnya siapa. Anggap saja namanya Man atau “Man gila”.
Hari itu tidak sepeti biasanya, gerbang sekolah yang selalu ditutup saat proses belajar – mengajar berlangsung malah terbuka lebar. Entah disengaja atau satpam yang jaga di depan lupa menutupnya. Dan mungkin sudah takdir Tuhan juga pada hari itu si Man gila mengamuk dan masuk ke dalam gedung sekolah kami dengan membawa golok. Pak satpam yang biasa menjaga gerbang tidak berani untuk menghadangnya.
Kebetulan ada satu ruang kelas yang pintunya terbuka (kalo ga salah sich itu kelas satu), maka masuklah si Man gila tadi dalam keadaan mengamuk dengan mengayun – ayunkan goloknya. Seisi kelas itu ketakutan dan berhamburan keluar. Malangnya ada beberapa orang anak yang terkena sabetan goloknya hingga mereka terluka cukup parah. Yang paling mengenaskan adalah seorang siswi yang terjebak sendiri dalam kelas, si gila menyayatnya dengan membabi buta sampai anak itu terluka sangat parah. Kehebohan itu membuat semua siswa berhamburan keluar gedung sekolah ingin menyelamatkan diri masing – masing.
Untunglah ada seorang guru yang berhasil mengambil golok di tangan si Man gila dan akhirnya bisa mengsirnya menjauh dari lingkungan sekolah. Namun malang nasib siswi yang sekarat tadi, dia meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Orang tuanya benar – benar ‘shock’ waktu tahu anaknya menajdi korban dalam peristiwa itu.
Mereka (orang tua siswi yang meninggal itu) menyalahkan pihak sekolah karena telah lalai sampai putri mereka harus kehilangan nyawa dengan cara tragis seperti itu. Namun entah bagaimana penjelasan dari pihak sekolah pada orang tua siswi tersebut sehingga tidak ada tuntutan dari mereka, mungkin dewan guru berhasil meyakinkannya bahwa kejadian itu benar – benar kecelakaan tak terduga. Mungkin juga kedua orang tua siswi itu sudah pasrah, toh meskipun mereka menuntut tidak akan mengembalikan putri mereka.
Peristiwa heboh itu benar – benar sudah meninggalkan trauma yang dalam bagi para siswa termasuk aku. Ya, “I hate crazy people !”

Tertipu Orang Gila

Pernah juga aku punya pengalaman yang menyebalkan tentang orang gila (kenapa lagi nih?). Dulu sewaktu aku masih SMA, ayahku pernah mengajakku berkunjung ke Rumah Sakit Jiwa (nah lho? Ayahku ‘aneh’ juga ya, koq ngajak jalan – jalan ke RSJ?). Kata ayah, ada temannya yang jadi dokter dan kerja di sana.
Ikutlah aku dan adikku ke RSJ menemani ayah menemui Pak dokter itu. Begitu masuk gerbang RSJ itu kelihatan sangat sepi jadi aku tidak terlalu takut berjalan di sana. Lalu ayah mengajak kami ke sebuah ruangan dan ternyata di ruangan itu cukup ramai, ada beberapa orang yang berpakaian dokter dan perawat. Menurut analisaku (yang ‘sok tahu’) orang – orang itu adalah para medis yang bekerja di sana dan ruangan itu adalah ruang tunggu karena ada seperangkat kursi dan televisi.
Ayah menyuruhkan dan adik menunggu d sana sementara dia mencari Pak dokter temannya itu di ruangan lain. Duduklah aku dan adikku di kursi bersebalahan dengan beberapa orang yang sedang menonton televisi. Sudah jadi kebiasaan aku suka ‘sok ramah’ dengan orang yang baru ku kenal, waktu itu aku mencoba mengajak ngobrol seorang lelaki yang berpakaian dokter dan seorang perawat. Aku bertanya apa yang sedang mereka lakukan. Yang buat aku kesal, kedua orang itu tidak menjawab malah sibuk sendiri dengan peralatan kedokteran yang dipegangnya. Karena merasa ‘dicuekin’, aku tinggalkan mereka dan ikut yang lain menonton televisi.
Tiba – tiba ada seorang gila yang membakar sesuatu, orang – orang di ruangan itu (selain aku dan adikku) berteriak – teriak heboh sekali. Aku dan adikku jadi ikutan panic, tiba – tiba ayahku dating bersama Pak dokter dan beberapa orang perawat. Dokter dan para perawat itu segera membawa orang – orang gila itu kembali ke kamarnya masing – masing. Setelah suasana jadi tenang tiba – tiba adikku bertanya sama salah seorang perawat, “Mbak, dokter sama perawat yang ada di dekat sini tadi mana?”. Perawat itu balik bertanya, “dokter? Dokter yang mana? Pak dokter kan baru datang tadi !”. “lho, tadi ada koq dokter yang lain malah sempat diajak ngobrol sama Kak Dwi. Iya kan Kak”, adikku mencoba meminta persetujuanku. Lalu perawat itu menjawab, “Oh, jangan – jangan yang kalian maksud itu si Dido dan Dipa ! mereka itu bukan dokter atau perawat tapi mereka pasien di sini. Emang mereka berdua suka sekali menirukan gaya dokter dan perawatnya.” Aku dan adikku saling berpandangan terkejut. “What? I have talked with crazy people?” seruku kepada adikku. Adikku cekikikan sambil menyahut, “dan tertipu oleh orgil ! haha……..“